Sabtu, 25 November 2017

ASKEP DENGAN KISTA OVARIUM

Asuhan Keperawatan dengan Kista Ovarium
Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Gadar Maternitas



Oleh :

               Zakiah Bakri              (15011104026)









UNIVERSITAS SAM RATULANGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
MANADO
2017









BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Ovarium merupakan tempat yang umum bagi kista, yang dapat merupakan pembesaran sederhana konstituen ovarium normal, folikel graft, atau korpus luteum, atau kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan abdomen dari epithelium ovarium.
Pasien dapat melaporkan atau tidak melaporkan nyeri abdomen akut ataukronik. Gejal-gejala tentang rupture kista menstimulasi berbagai kedaruratanabdomen akut, seperti apendisitis, atau kehamilan ektopik. Kista yang lebih besardapat menyebabkan pembengkakan abdomen dan penekanan pada organ-organabdomen yang berdekatan.
Pengobatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui tindakan bedah. Jika ukuran lebar kista kurang dari 5 cm, dan tampak terisi oleh cairan atau fisilogis pada pasien muda yang sehat, kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan menghilangkan kista. Sekitar 98 % lesi yang terjadi pada wanita yang berumur 29 tahun dan yang lebih muda adalah jinak. Setelah usia 50 tahun, hanya 50 % yang jinak. Perawatan pascaoperatif setelah pembedahan untuk mengangkat kista ovarium adalah serupa dengan perawatan setelah pembedahan abdomen, dengan satu pengecualian. Penurunan tekanan intraabdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar biasanya mengarah pada distensi abdomen yang berat. Komplikasi ini dapat dicegah sampai suatu tingkat dengan memberikan gurita abdomen yang ketat.

B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, didapati beberapa masalah sebagai berikut :
a.       Bagaimana anatomi dan fisiologi ovarium ?
b.      Apa itu kista ovarium ?
c.       Apa penyebab kista ovarium ?
d.      Apa saja manifestasi klinis dari kista ovarium ?
e.       Bagaimana patofisiologi dari kista ovarium ?
f.       Apa saja pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk klien dengan kista ovarium ?
g.      Bagaimana penatalaksanaan untuk klien kista ovarium ?
h.      Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan kista ovarium ?
C.    Tujuan
-          Tujuan Khusus
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Maternitas
-          Tujuan Umum
1.      Memahami tentang anatomi dan fisiologi kista ovarium
2.      Mengetahui pengertian kista ovarium
3.      Mengetahui penyebab kista ovarium
4.      Mengetahui manifestasi klinis kista ovarium
5.      Memahami tentang patofisiologi kista ovarium
6.      Mengetahui pemeriksaan penunjang kista ovarium
7.      Mengetahui penatalaksanaan kista ovarium
8.      Mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan kista ovarium




BAB II
KONSEP MEDIS

A.    Anatomi dan Fisiologi Ovarium
Sebuah ovarium terletak disetiap sisi uterus, di bawah dan di belakang tuba falopii. Dua ligamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni bagian messovarium ligamen lebar uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi dinding pelvis lateral kira-kira setinggi spina illiaka anterior superior, dan ligamentum ovarii propium, yang mengikat ovarium ke uterus. Pada palpasi,ovarium dapat digerakkan. Ovarium memiliki asal yang sama (homolog) dengan testis pada pria.Ukuran dan bentuk ovarium menyerupai sebuah almond berukuran besar. Saat ovulasi, ukuran ovarium dapat berubah menjadi dua kali lipat untuk sementara. Ovarium yang berbentuk oval ini memiliki konsistensi yang padat dan sedikit kenyal. Sebelum menarche, permukaan ovarium licin. Setelah maturasi seksual, luka parut akibat ovulasi dan ruptur folikel yang berulang membuat permukaan nodular menjadi kasar.
Ovarium adalah sepasang organ berbentuk kelenjer dan tempat menghasilkan ovum. Kelenjer itu berbentuk biji buah kenari, terletak di kanan dan kiri uterus, di bawah tuba uterine dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum latum uteri. (Evelin, 200: 261)
Ovarium terdiri atas korteks di sebelah luar dan diliputi oleh epitelium germinativum yang berbentuk kubik dan di dalam terdiri dari stroma serta folikel primordiial dan medula sebelah dalam korteks tempat terdapatnya stroma dengan pembuluh darah, serabut sara dan sedikit otot polos. (Bobak. 1995: 25)
Fungsi ovarium adalah:
-         Memproduksi ovum
Hormon gonodotrofik dari kelenjar hipofisis bagian anterior mengendalikan (melalui aliran darah) produksi hormon ovarium. Hormon perangsangfolikel (FSH) penting untuk awal pertumbuhan folikel de graaf, hipofisis mengendalikan pertumbuhan ini melalui Lutenizing Hormon (LH) dan sekresi luteotrofin dari korpus lutenum.
-         Memproduksi hormon estrogen
Hormon estrogen dikeluarkan oleh ovarium dari mulai anak-anak sampai sesudah menopause (hormon folikuler) karena terus dihasilkan oleh sejumlah besar folikel ovarium dan seperti hormon beredar dalam aliran darah. Estrogen penting untuk pengembangan organ kelamin wanita dan menyebabkan perubahan anak gadis pada masa pubertas dan penting untuk tetap adanya sifat fisik dan mental yang menandakan wanita normal. (Evelin, 2000: 262)
-         Memproduksi hormon progesterone
Hormon progesteron disekresi oleh luteum dan melanjutkan pekerjaan yang dimulai oleh estrogen terhadap endometrium yaitu menyebabkan endometrium menjadi tebal, lembut dan siap untuk penerimaan ovum yang telah dibuahi. (Bobak, 1995: 28)
B.     Pengertian
Kista adalah suatu jenis tumor berupa kantong abnormal yang berisi cairan atau benda seperti bubur (Dewa, 2000).
Kista ovarium secara fungsional adalah kista yang dapat bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus menstruasi ( Lowdermilk, dkk. 2005 : 273 ).
Kista ovarium merupakan perbesaran sederhana ovarium normal, folikel de graf atau korpus luteum atau kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan dari epithelium ovarium ( Smelzer and Bare. 2002 : 1556 ).
Tumor ovarium sering jinak bersifat kista, ditemukan terpisah dari uterus dan umumnya diagnosis didasarkan pada pemeriksaan fisik ( Sjamsoehidayat. 2005: 729 ).

C.    Prevalensi angka kejadian kista ovarium
The American Cancer Society memperkirakan bahwa pada tahun 2014, sekitar 21.980 kasus baru kanker ovarium akan didiagnosis dan 14.270 wanita akan meninggal karena kanker ovarium di Amerika Serikat. Angka kejadian kista ovarium tertinggi ditemukan pada negara maju, dengan rata-rata 10 per 100.000, kecuali di Jepang (6,5 per 100.000). Insiden di Amerika Selatan (7,7 per 100.000) relatif tinggi bila dibandingkan dengan angka kejadian di Asia dan Afrika (WHO,2010).
Angka kejadian kista ovarium di Indonesia belum diketahui dengan pasti karena pencatatan dan pelaporan yang kurang baik. Sebagai gambaran di RSU Dharmais, ditemukan kira-kira 30 pasien setiap tahun. Menurut data hasil penelitian di Rumah Sakit Umum Cipto Mangunkusumo terdata pada tahun 2008 ada 428 kasus pasien kista endometriosis, 20% diantaranya meninggal dunia dan 65% diantaranya adalah wanita karir yang telah berumah tangga, sedangkan pada tahun 2009 terdata 768 kasus pasien kista endometriosis, dan 25% diantaranya meninggal dunia, dan 70% diantaranya adalah wanita karir yang telah berumah tangga (Nasdaldy, 2009).

D.    Klasifikasi
1.      Kista ovarium Non neoplastik (fungsional)
-          Kista Folikel
Kista ini berasal dari folikel de graaf yang tidak sampai berevolusi, namun tumbuh terus menjadi kista folikel, atau dari beberapa folikel primer yang setelah tumbuh di bawah pengaruh estrogen tidak mengalami atresia yang lazim, melainkan membesar menjadi kista. (Prawirohardjo, 2002). Kista folikel adalah struktur normal, fisiologis, sementara dan seringkali multiple, yang berasal dari kegagalan resorbsi cairan folikel dari yang tidak berkembang sempurna. Paling sering terjadi pada wanita muda yang masih menstruasi dan merupakan kista yang paling lazim dijumpai oleh ovarium normal.
-          Kista korpus luteum
Dalam keadaan normal korpus luteum akan mengecil dan menjadi korpus albikans. Terkadang korpus lutem akan mempertahankan diri ( korpus luteum persistens), perdarahan yang sering terjadi di dalamnya menyebabkan terjadinya kista, berisi cairan yang berwarna merah coklat karena darah tua.  Dinding kista terdiri atas lapisan berwarna kuning, terdiri atas sel-sel luteum yang berasal dari sel-sel teka. Kista korpus luteum dapat menimbulkan gangguan haid, berupa amenore diikuti oleh perdarahan tidak teratur. Adanya kista dapat juga menyebabkan rasa berat di perut bagian bawah dan perdarahan yang berulang dalam kista dapat menyebabkan ruptur.
-          Korpus Teka Lutein
Kista ini dapat terjadi pda kehamilan, lebih jarang di luar kehamilan. Kista lutein yang sesungguhnya, umumnya berasal dari korpus luteum hematoma. Kista teka lutein biasanya bilateral, kecil dan lebih jarang dibanding kista folikel atau kista korpus luteum. Kista teka lutein diisi oleh cairan berwarna kekuning-kuningan, seacar perlahan-lahan terjadi reabsorpsi dari unsur-unsur darah, sehingga akhirnya tinggallah cairan yang jernih atau sedikit bercampur darah. Pada saat yang sama dibentuklah jaringan fibroblast pada bagian lapisan lutein sehingga pada kista teka ltein yang tua, sel-sel lutein terbenam dalam jaringan-jaringan perut. (Wiknojosastro,2005).
2.      Kista ovarium Neoplastik
-          Kistoma Ovarii Simpleks
Kistoma ovarii simpleks adalah kista yang permukaannya rata dan halus, biasanya bertangkai, seringkali bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis berisi cairan jernih yang serosa dan berwarna kuning.
-          Kistadenoma Ovarii Muscinosum
Bentuk kista multilokular dan biasanya unilatelar, dapat tumbuh menjadi sangat besar. Gambaran klinis terdapat perdarahan dalam kista dan perubahan degeneratif sehingga timbul perlengketan kista dengan omentum, usus, dan peritonem parietale. Kista ini berasal dari teratoma. Selain itu, bisa  terjadi ileus karena perlekatan dan produksi musim yang terus bertambah akibat pseudomiksoma peritonei.
-          Kistadenoma Ovarii Serosum
Kista ini berasal dari epitel germinativum. Bentuk kistanya unilokular, bila multilokular perlu dicurigai adanya keganasan. Kista ini dapat membesar, tetapi tidak sebesar musinosum. Selain teraba massa intraabdominal juga dapat timbul asites.
-          Kista Dermoid
Kista dermoid adalah teratoma kistik jinak dengan struktur ektodermal berdiferensiasi sempurna dan lebih menonjol daripada mesoderm dan entoderm. Dinding kista keabu-abuan dan agak tipis, konsistensi sebagian kistik kenyal dan sebagian lagi padat. Dapat terjadi perubahan kearah keganasan, seperti karsinoma epidermoid. Kista ini diduga berasal dari sel telut melalui proses partenogenesis. (Smeltzer, 2002).

3.      Etiologi
Penyebab dari kista belum diketahui secara pasti tapi ada beberapa factor pemicu yaitu :
1.      Faktor genetik
Dalam tubuh kita terdapat gen gen yang berpotensi memicu kanker, yaituyang disebut protoonkogen, karena suatu sebab tertentu, misalnya karena makanan yang bersifat karsinogen , polusi, atau terpapar zat kimia tertentu atau karena radiasi, protoonkogen ini dapat berubah menjadi onkogen, yaitu gen pemicu kanker.
2.      Gaya hidup tidak sehat, diantaranya :
-          Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat
-          Zat tambahan pada makanan
-          Kurang olahraga
-          Merokok dan konsumsi alcohol
-          Terpapar denga polusi dan agen infeksius
-          Sering stress
-          Zat polutan            
4.      Manifestasi Klinis
Kebayakan tumor ovarium tidak menunjukan tanda dan gejala. Sebagian besar gejala yang ditemukan adalah akibat pertumbuhan aktivitas hormone atau komplikasi tumor tersebut. Pada stadium awal gejalanya dapat berupa :
-          Gangguan haid.
-          Jika sudah menekan rectum atau VU mungkin terjadi  konstipasi atau sering berkemih.
-          Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang menyebabkan nyeri spontan dan sakit diperut.
-          Nyeri saat bersenggama
Pada stadium lanjut;
-          Asites
-          Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta oran organ di dalam rongga perut (usus dan hati).
-          Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan. Gangguan buang air besar dan kecil.
-          Sesak nafas akibat penumpukan cairan di rongga dada.
5.      Patofisiologi
Kista terdiri atas folikel – folikel praovulasi yang telah mengalami atresia (degenerasi). Pada wanita yang menderita ovarium polokistik, ovarium utuh dan FSH dan SH tetapi tidak terjadi ovulasi ovum. Kadar FSH dibawah normal sepanjang stadium folikular daur haid, sementara kadar LH lebih tinggi dari normal, tetapi tidak memperlihatkan lonjakan. Peningkatan LH yang terus menerus menimbulkan pembentukan androgen dan estrogen oleh folikel dan kelenjar adrenal. Folikel anovulasi berdegenerasi dan membentuk kista, yang menyebabkan terjadinya ovarium polikistik. (Corwin, 2002)
Kista bermetastasis dengan invasi langsung struktur yang berdekatan dengan abdomen dan pelvis dan sel – sel yang menempatkan diri pada rongga abdomen dan pelvis. Penyebaran awal kanker ovarium dengan jalur intra peritonial dan limfatik muncul tanpa gejala atau tanda spesifik.
Gejala tidak pasti yang akan muncul seiring dengan waktu adalah perasaan berat pada pelvis. Sering berkemih dan disuria dan perubahan fungsi gastro intestinal, seperti rasa penuh, mual, tidak enak pada perut, cepat kenyang.
Pada beberapa perempuan dapat terjadi perdarahan abnormal vagina skunder akibat hiperplasia endometrium, bila tumor menghasilkan estrogen beberapa tumor menghasilkan testosteron dan menyebabkan virilisasi. (Price, Wilson, 2006).
Kista non-neoplastik sering ditemukan, tetapi bukan masalah serius. Kista folikel dan luteal di ovarium sangat sering ditemukan sehingga hampir dianggap sebagai varian fisiologik. Kelainan yang tidak berbahaya ini berasal dari folikel graaf yang tidak ruptur atau pada  folikel yang sudah pecah dan segera menutup kembali. Kista demikian seringnya adalah multipel dan timbul langsung di bawah lapisan serosa yang menutupi ovarium, biasanya kecil, dengan diameter 1- 1,5 cm dan berisi cairan serosa yang bening, tetapi ada kalanya penimbunan cairan cukup banyak, sampai mencapai diameter 4 hingga 5 cm sehingga dapat di raba massa dan menimbulkan nyeri panggul. Jika kecil, kista ini dilapisi granulosa atau sel teka, tetapi seiring dengan penimbunan cairan timbul tekanan yang dapat menyebabkan atropi sel tersebut. Kadang – kadang kista ini pecah, menimbulkan perdarahan intraperitonium, dan gejala abdomen akut. (Robbins, 2007)

6.      Pemeriksaan Penunjang
1.      Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan silat-sifat tumor itu.
2.      Hitung darah lengkap
Penurunan Hb dapat menununjukan anemia kronis sementara penurunan Ht menduga kehilangan darah aktif, peningkatan SDP dapat mengindikasikan proses inflamasi / infeksi. ( Doenges. 2000:743 )
3.      Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor apakah tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik atau solid, dan dapatkah dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.
4.      Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks. Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat gigi dalam tumor. Penggunaan foto rontgen pada pictogram intravena dan pemasukan bubur barium dalam colon disebut di atas.
5.      Parasentesis
Telah disebut bahwa fungsi pada asites berguna menentukan sebab asites. Perlu diingatkan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan cavum peritonei dengan kista bila dinding kista tertusuk. (Wiknjosastro, et.all, 1999)
6.      Pap smear
Untuk mengetahui displosia seluler menunjukan kemungkinan adaya kanker/kista.
7.      Penatalaksanaan
1.      Pengangkatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui tindakan bedah, misal laparatomi, kistektomi atau laparatomi salpingooforektomi.
2.      Perawatan pasca operasi setelah pembedahan untuk mengangkat kista ovarium adalah serupa dengan perawatan setelah pembedahan abdomen dengan satu pengecualian penurunan tekanan intra abdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar biasanya mengarah pada distensi abdomen yang berat. Hal ini dapat dicegah dengan memberikan gurita abdomen sebagai penyangga.
3.      Tindakan keperawatan berikut pada pendidikan kepada klien tentang pilihan pengobatan dan manajemen nyeri dengan analgetik / tindakan kenyamanan seperti kompres hangat pada abdomen atau teknik relaksasi napas dalam, informasikan tentang perubahan yang akan terjadi seperti tanda – tanda infeksi, perawatan insisi luka operasi.
Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang mengandung tumor. Akan tetapi jika tumornya besar atau ada komplikasi, perlu dilakukan pengangkatan ovarium, bisanya disertai dengan pengangkatan tuba
Asuhan post operatif merupakan hal yang berat karena keadaan yang mencakup keputusan untuk melakukan operasi, seperti hemorargi atau infeksi. Pengkajian dilakukan untuk mengetahui tanda-tanda vital, asupan dan keluaran, rasa sakit dan insisi. Terapi intravena, antibiotik dan analgesik biasanya diresepkan. Intervensi mencakup tindakan pemberiaan rasa aman, perhatian terhadap eliminasi, penurunan rasa sakit dan pemenuhan kebutuhan emosional Ibu.
Efek anestesi umum. Mempengaruhi keadaan umum penderita, karena kesadaran menurun. Selain itu juga diperlukan monitor terhadap keseimbangan cairan dan elektrolit, suara nafas dan usaha pernafasan, tanda-tanda infeksi saluran kemih, drainese urin dan perdarahan. Perawat juga harus mengajarkan bagaimana aktifitas pasien di rumah setelah pemulangan, berkendaraan mobil dianjurkan setelah satu minggu di rumah, tetapi tidak boleh mengendarai atau menyetir untuk 3-4 minggu, hindarkan mengangkat benda-benda yang berat karena aktifitas ini dapat menyebabkan kongesti darah di daerah pelvis, aktifitas seksual sebaiknya dalam 4-6 minggu setelah operasi, kontrol untuk evaluasi medis pasca bedah sesuai anjuran (Long, 1996).

8.      Komplikasi
            Menurut manuaba ( 1998:417 ) komplikasi dari kista ovarium yaitu :
-          Perdarahan intra tumor
Perdarahan menimbulkan gejala klinik nyeri abdomen mendadak dan memerlukan tindakan yang cepat.
-          Torsi
Putaran kista yang biasanya searah dengan jarum jam. Dapat berputar sedikit saja atau terjadi beberapa putaran. Gangguan perdaran darah yang disebabkan oleh torsi mengenai susunan vena sehingga kista berwarna kebiruan, dalam keadaan ekstrim arteri juga terjepit. Torsi kadang – kadang disertai rasa nyeri yang hebat dan terus menerus. Tetapi kadang – kadang pula nyeri itu hanya sebentar.
-          Robekan dinding kista
Pada torsi tangkai ada kemungkinan terjadi robekan sehingga isi kista tumpah kedalam rungan abdomen.
-          Keganasan kista ovarium
Terjadi pada kista pada usia sebelum menarche dan pada usia diatas 45 tahun.







2.9.Pathway































BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A.    Pengkajian
1)      Biodata, meliputi identitas pasien, identitas penanggung jawab dan identitas masuk.
2)      Riwayat kesehatan, meliputi keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan keluarga dan riwayat sosial ekonomi.
3)      Status Obstetrikus, meliputi :
-          Menstruasi : menarche, lama, siklus, jumlah, warna dan bau
-          Riwayat perkawinan : berapa kali menikah, usia perkawinan
-          Riwayat persalinan
-          Riwayat KB
4)      Pengkajian pasca operasi rutin, menurut (Ingram, Barbara, 1999)
-          Kaji tingkat kesadaran
-          Ukur tanda-tanda vital
-          Auskultasi bunyi nafas
-          Kaji turgor kulit
-          Pengkajian abdomen
-          Inspeksi ukuran dan kontur abdomen
§  Auskultasi bising usus
§  Palpasi terhadap nyeri tekan dan massa
§  Tanyakan tentang perubahan pola defekasi
§  Kaji status balutan
-          Kaji terhadap nyeri atau mual
-          Kaji status alat intrusive
-          Palpasi nadi pedalis secara bilateral
-          Evaluasi kembalinya reflek gag
-          Periksa laporan operasi terhadap tipe anestesi yang diberikan dan lamanya waktu di bawah anestesi.
-          Kaji status psikologis pasien setelah operasi
5)      Pemeriksaan fisik
-          Kaji keadaan umum, kesadaran, berat badan atau tinggi badan dan tanda – tanda vital.
-          Kepala : Kaji adanya keluhan pusing atau sakit kepala, warna rambut, keadaan, distribusi rambut, dan kebersihan rambut.
-          Mata: Kaji kesimetrisan mata, warna konjungtiva, sklera, kornea, dan fungsi penglihatan.
-          Hidung : Kaji kesimetrisan, keadaan kehersihan hidung, dan fungsi penciuman.
-          Mulut: Kaji kelembaban mukosa mulut dan bibir, keadaan gigi, fungsi pengecapan, keadaan mulut dan fungsi menelan.
-          Telinga: Kaji adanya kelainan bentuk, keadaan, dan fungsi pendengaran.
-          Leher: Kaji adakah pembekakan, pembesaran kelenjar tiroid, distensi vena jugularis, pebesaran kelenjar getah bening.
-          Daerah dada: Kaji adanya keluhan sesak nafas, bentuk, nyeri dada, auskultasi suara jantung, bunyi jantung, frekuensi nadi, dan tekanan darah.
-          Abdomen: Kaji adanya massa pada abdomen, distensi, bising usus, bekas luka, nyeri tekan, karakteristik nyeri, kondisi hepar dan kandung kemih.
-          Genitalia Eksterna: Kaji adanya pengeluaran sekret dan perdarahan, warna, bau, keluhan gatal dan  kebersihan.
-          Anus: Kaji adanya keluhan konstipasi, dan inspeksi adanya hemoroid eksterna.
-          Ektremitas: Kaji kekuatan otot, varises, kontraktur pada persendian, refleks - refleks, dan kesulitan pergerakan.
6)      Data penunjang
Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan darah lengkap (NB, HT, SDP). Terapi : terapi yang diberikan pada post operasi baik injeksi maupun peroral
B.     Diagnosa Keperawatan
1.      Nyeri berhubungan dengan agen pencedera biologis
2.      Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan penekanan massa pada VU dan rectum.
3.      Defisit nutrisi berhubungan dengan mual , muntah, anoreksia
4.      Konstipasi dibuktikan dengan penekanan tumor
5.      Resiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif
6.      Konstipasi dibuktikan dengan penurunan peristaltik usus
C.    Intervensi
1.    Nyeri berhubungan dengan agen pencedera biologis
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan asuhan keperawatan, nyeri yang dirasakan klien berkurang atau terkontrol.
Kriteria Hasil :
·       Klien melaporkan nyeri berkurang
·       Klien tidak tampak mengeluh dan menangis
·       Klien tidak gelisah
·       Klien dapat menggunakan teknik non farmakologis
·       Klien menggunakan analgesic sesuai instruksi
INTERVENSI
RASIONAL
Kaji secara komprehensip terhadap nyeri termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan faktor presipitasi
Untuk mengetahui tingkat nyeri pasien

Observasi reaksi ketidaknyaman secara nonverbal
Untuk mengetahui tingkat ketidaknyamanan dirasakan oleh pasien
Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengungkapkan pengalaman nyeri dan penerimaan klien terhadap respon nyeri
Untuk mengalihkan perhatian pasien dari rasa nyeri

Berikan informasi tentang nyeri termasuk penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan hilang, antisipasi terhadap ketidaknyamanan dari prosedur
Pemberian “health education” dapat mengurangi tingkat kecemasan dan membantu klien dalam membentuk mekanisme koping terhadap rasa nyeri
Ajarkan cara penggunaan terapi non farmakologi (distraksi, guide imagery,relaksasi)

Agar klien mampu menggunakan teknik nonfarmakologi dalam memanagement nyeri yang dirasakan.

Kolaborasi pemberian analgesic
Pemberian analgetik dapat mengurangi rasa nyeri pasien

2.      Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan penekanan massa pada VU dan rectum.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pola eliminasi urine kembali normal.
Kriteria Hasil :
-       Eliminasi urin tidak terganggu
-       Kontinensia urin
INTERVENSI
RASIONAL
Catat pola miksi dan monitor pengeluaran urine.
Melihat perubahan pola eliminasi urine.
Lakukan palpasi pada kandung kemih, observasi adanya ketidaknyamanan dan rasa nyeri.

Menentukan tingkat nyeri yang dirasakan oleh klien.
Bantu pasien memilih posisi normal untuk berkemih, contohnya berdiri, berjalan ke kamar mandi
Mendorong pasase urin dan meningkatkan rasa normalitas
Ukur volume residu apabila ada kateter suprapubik
Mengawasi keefektifan pengosongan kandung kemih. Residu lebih dari 50 ml menunjukkan perlunya perubahan kontinuitas kateter sampai tonus kandung kemih membaik.
Instruksikan pasien untuk latihan perineal
Membantu meningkatkan control kandung kemih/sfingter/urin. Meminimalkan inkontinensia

3.      Defisit nutrisi berhubungan dengan mual , muntah, anoreksia
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan klien menunjukkan status gizi baik.
Kriteria Hasil   :
-       Toleransi terhadap diet yang dibutuhkan
-       Mempertahankan massa tubuh dan berat badan dalam batas normal
-       Nilai laboratorium dalam batas normal
-       Melaporkan keadekuatan tingkat energi
INTERVENSI
RASIONAL
Buat perencanaan makan dengan pasien untuk dimasukkan ke dalam jadwal makan.
Menjaga pola makan pasien sehingga pasien makan secara teratur
Dukung anggota keluarga untuk membawa makanan kesukaan pasien dari rumah.
Klien merasa nyaman dengan makanan yang dibawa dari rumah dan dapat meningkatkan nafsu makan pasien.
Tawarkan makanan porsi besar disiang hari ketika nafsu makan tinggi
Dengan pemberian porsi yang besar dapat menjaga keadekuatan nutrisi yang masuk.
Pastikan diet memenuhi kebutuhan tubuh sesuai indikasi.
Tinggi karbohidrat, protein, dan kalori diperlukan atau dibutuhkan selama perawatan.
Pantau masukan dan pengeluaran dan timbang berat badan secara periodik.
Sebagai data penunjang adanya perubahan nutrisi yang kurang dari kebutuhan
Kaji turgor kulit pasien
Mengetahui keseimbangan intake dan pengeluaran asuapan makanan.
Kolaborasi :
a.      -  Observasi:
Pantau nilai laboratorium, seperti Hb, albumin, dan kadar glukosa darah


-    Kolaborasi dengan ahli gizi penentuan diet klien

-    Untuk dapat mengetahui tingkat kekurangan kandungan Hb, albumin, dan glukosa dalam darah.

-    Menjaga keadekuatan asupan nutrisi yang dibutuhkan.


4.      Resiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan infeksi tidak terjadi
Kriteria Hasil :
-          TTV Normal (TD 120/80 mmHg, Nadi 60-100x/menit, Respirasi 18-20x/menit, SB 36,5OC-37,5OC)
-          Tidak terdapat tanda-tanda infeksi (Rubor, kalor, tumor, dolor, fungsio laesa)
Intervensi
Rasional
Dorong teknik mencuci tangan dengan baik

Mencegah infeksi nosokomial saat perawatan.

Kaji tanda-tanda infeksi

Mengetahui tanda-tanda infeksi secara dini dapat membantu dalam kecepatan menentukan intervensi
Ukur temperatur tiap 4 jam
Peningkatan suhu badan merupakan salah satu tanda adanya infeksi
Berikan antibiotik sesuai dengan indikas

Pemberian antibiotik dapat mecegah terjadinya infeksi

5.      Konstipasi berhubungan dengan penekanan tumor, penurunan peristaltik usus
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan klien dapat defekasi dengan teratur.
Kriteria Hasil :
-       Defekasi dapat dilakukan satu kali sehari
-       Konsistensi feses lembut
-       Eliminasi feses tanpa perlu mengejan berlebihan
INTERVENSI
RASIONAL
Tentukan pola defekasi bagi klien dan latih klien untuk menjalankannya
Untuk mengembalikan keteraturan pola defekasi klien
Atur waktu yang tepat untuk defekasi klien seperti sesudah makan
Untuk memfasilitasi refleks defekasi
Berikan cakupan  nutrisi berserat sesuai dengan indikasi
Nutrisi serat tinggi untuk melancarkan eliminasi fekal
Berikan cairan jika tidak kontraindikasi 2-3 liter per hari
Untuk melunakkan feses
Kolaborasi :
Pemberian laksatif atau enema sesuai indikasi
Untuk melunakkan eliminasi feses




















BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Kista ovarium merupakan salah satu tumor jinak ginekologi yang paling sering dijumpai pada wanita di masa reproduksinya. Sebagian besar kista terbentuk karena perubahan kadar hormon yang terjadi selama siklus haid, produksi dan pelepasan sel telur dari ovarium. Kematian disebabkan karena karsinoma ovari ganas berhubungan dengan stadium saat terdiagnosis pertama kali dan pasien dengan keganasan ini sering ditemukan sudah dalam stadium akhir.

B.     Saran
Terdapat banyak sekali penyakit-penyakit pada sistem reproduksi dengan tanda dan gejala yang hampir sama. Kita perlu memahami dengan baik konsep medis agar dapat menerapkan asuhan keperawatan secara tepat. Semoga dengan adanya makalah ini, dapat menambah pengetahuan bagi pembaca, khususnya bagi rekan-rekan mahasiswa.













DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia    Edisi 1. Jakarta: PPNI
Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahern. Buku Saku DIAGNOSIS          KEPERAWATAN Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC Edisi 9. Jakarta: EGC.
NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi, Dan Klasifikasi 2012-2014/Editor, T. Heather Herdman; Alih Bahasa, Made Sumarwati,   Dan Nike Budhi Subekti ; Editor Edisi Bahasa Indonesia, Barrah Bariid,           Monica Ester, Dan Wuri Praptiani. Jakarta; EGC.
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan       berdasarkan diagnosa medis dan NANDA NIC NOC Edisi revisi jilid 2.            Yogyakarta: MediAction
Smeltzer and Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi    8. Jakarta : EGC.
Jurnal Kista Ovarium di unduh di http://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-          Undergraduate-6460-bab1.pdf    pada tanggal 13/11/2017  pukul 15:01            WITA
Jurnal ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI DENGAN KISTA    OVARIUM DI BPM. HJ. AAT NURMAYATI CIBEUREUM TASIKMALAYA di unduh di http://repo.stikesmucis.ac.id/ejurnal/file.php?file=preview_mahasiswa&id  =1122&cd=0b2173ff6ad6a6fb09c95f6d50001df6&name=13DB277131.pd          f   pada 14/11/2017  pukul 15:12 WITA
Jurnal Penerapan Dampster Shafer untuk Mendiagnosa Kista Ovarium  di unduh di http://riset.potensiutama.ac.id/upload/penelitian/penerbitan_jurnal/117120%20PENERAPAN%20DAMPSTER%20SHAFER%20UNTUK%20MENDIAGNOSA%20KISTA%20OVARIUM.pdf pada 14/11/2017 pukul 15:14 WITA