Asuhan Keperawatan dengan Kista Ovarium
Dibuat untuk
memenuhi tugas mata kuliah Gadar Maternitas
Oleh :
Zakiah Bakri (15011104026)
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
MANADO
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Ovarium merupakan tempat yang umum
bagi kista, yang dapat merupakan pembesaran sederhana konstituen ovarium
normal, folikel graft, atau korpus luteum, atau kista ovarium dapat timbul
akibat pertumbuhan abdomen dari epithelium ovarium.
Pasien dapat melaporkan atau tidak
melaporkan nyeri abdomen akut ataukronik. Gejal-gejala tentang rupture kista
menstimulasi berbagai kedaruratanabdomen akut, seperti apendisitis, atau
kehamilan ektopik. Kista yang lebih besardapat menyebabkan pembengkakan abdomen
dan penekanan pada organ-organabdomen yang berdekatan.
Pengobatan kista ovarium yang besar
biasanya adalah melalui tindakan bedah. Jika ukuran lebar kista kurang
dari 5 cm, dan tampak terisi oleh cairan atau fisilogis pada pasien muda
yang sehat, kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas
ovarium dan menghilangkan kista. Sekitar 98 % lesi yang terjadi pada wanita
yang berumur 29 tahun dan yang lebih muda adalah jinak. Setelah usia
50 tahun, hanya 50 % yang jinak. Perawatan pascaoperatif setelah
pembedahan untuk mengangkat kista ovarium adalah serupa dengan perawatan
setelah pembedahan abdomen, dengan satu pengecualian. Penurunan tekanan
intraabdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar biasanya
mengarah pada distensi abdomen yang berat. Komplikasi ini dapat dicegah
sampai suatu tingkat dengan memberikan gurita abdomen yang ketat.
B.
Rumusan
Masalah
Dari latar belakang diatas, didapati beberapa
masalah sebagai berikut :
a. Bagaimana anatomi dan fisiologi ovarium ?
b. Apa
itu kista ovarium ?
c. Apa
penyebab kista ovarium ?
d. Apa
saja manifestasi klinis dari kista ovarium ?
e. Bagaimana
patofisiologi dari kista ovarium ?
f. Apa
saja pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk klien dengan kista
ovarium ?
g. Bagaimana
penatalaksanaan untuk klien kista ovarium ?
h. Bagaimana
asuhan keperawatan pada klien dengan kista ovarium ?
C.
Tujuan
-
Tujuan Khusus
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem
Maternitas
-
Tujuan Umum
1. Memahami tentang anatomi dan fisiologi kista ovarium
2. Mengetahui
pengertian kista ovarium
3. Mengetahui
penyebab kista ovarium
4. Mengetahui
manifestasi klinis kista ovarium
5. Memahami
tentang patofisiologi kista ovarium
6. Mengetahui
pemeriksaan penunjang kista ovarium
7. Mengetahui
penatalaksanaan kista ovarium
8. Mampu
memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan kista ovarium
BAB II
KONSEP MEDIS
A.
Anatomi dan Fisiologi Ovarium
Sebuah ovarium
terletak disetiap sisi uterus, di bawah dan di belakang tuba falopii. Dua
ligamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni bagian messovarium ligamen lebar
uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi dinding pelvis lateral kira-kira
setinggi spina illiaka anterior superior, dan ligamentum ovarii propium, yang
mengikat ovarium ke uterus. Pada palpasi,ovarium dapat digerakkan. Ovarium
memiliki asal yang sama (homolog) dengan testis pada pria.Ukuran dan
bentuk ovarium menyerupai sebuah almond berukuran besar. Saat ovulasi,
ukuran ovarium dapat berubah menjadi dua kali lipat untuk sementara.
Ovarium yang berbentuk oval ini memiliki konsistensi yang padat dan sedikit
kenyal. Sebelum menarche, permukaan ovarium licin. Setelah maturasi seksual,
luka parut akibat ovulasi dan ruptur folikel yang berulang membuat permukaan
nodular menjadi kasar.
Ovarium adalah
sepasang organ berbentuk kelenjer dan tempat menghasilkan ovum. Kelenjer itu
berbentuk biji buah kenari, terletak di kanan dan kiri uterus, di bawah tuba
uterine dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum latum uteri. (Evelin,
200: 261)
Ovarium terdiri
atas korteks di sebelah luar dan diliputi oleh epitelium germinativum yang
berbentuk kubik dan di dalam terdiri dari stroma serta folikel primordiial dan
medula sebelah dalam korteks tempat terdapatnya stroma dengan pembuluh darah,
serabut sara dan sedikit otot polos. (Bobak. 1995: 25)
Fungsi ovarium adalah:
-
Memproduksi
ovum
Hormon
gonodotrofik dari kelenjar hipofisis bagian anterior mengendalikan (melalui aliran
darah) produksi hormon ovarium. Hormon perangsangfolikel (FSH) penting untuk
awal pertumbuhan folikel de graaf, hipofisis mengendalikan pertumbuhan ini
melalui Lutenizing Hormon (LH) dan sekresi luteotrofin dari korpus lutenum.
-
Memproduksi
hormon estrogen
Hormon estrogen
dikeluarkan oleh ovarium dari mulai anak-anak sampai sesudah menopause (hormon
folikuler) karena terus dihasilkan oleh sejumlah besar folikel ovarium dan
seperti hormon beredar dalam aliran darah. Estrogen penting untuk pengembangan organ
kelamin wanita dan menyebabkan perubahan anak gadis pada masa pubertas dan
penting untuk tetap adanya sifat fisik dan mental yang menandakan wanita
normal. (Evelin, 2000: 262)
-
Memproduksi
hormon progesterone
Hormon
progesteron disekresi oleh luteum dan melanjutkan pekerjaan yang dimulai oleh
estrogen terhadap endometrium yaitu menyebabkan endometrium menjadi tebal,
lembut dan siap untuk penerimaan ovum yang telah dibuahi. (Bobak, 1995: 28)
B.
Pengertian
Kista adalah suatu jenis tumor
berupa kantong abnormal yang berisi cairan atau benda seperti bubur (Dewa,
2000).
Kista ovarium secara fungsional
adalah kista yang dapat bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus
menstruasi ( Lowdermilk, dkk. 2005 : 273 ).
Kista ovarium merupakan perbesaran
sederhana ovarium normal, folikel de graf atau korpus luteum atau kista ovarium
dapat timbul akibat pertumbuhan dari epithelium ovarium ( Smelzer and Bare.
2002 : 1556 ).
Tumor ovarium sering jinak bersifat
kista, ditemukan terpisah dari uterus dan umumnya diagnosis didasarkan pada
pemeriksaan fisik ( Sjamsoehidayat. 2005: 729 ).
C.
Prevalensi angka kejadian kista ovarium
The
American Cancer Society memperkirakan
bahwa pada tahun 2014, sekitar 21.980 kasus baru kanker ovarium akan
didiagnosis dan 14.270 wanita akan meninggal karena kanker ovarium di Amerika
Serikat. Angka kejadian kista ovarium tertinggi ditemukan pada negara maju,
dengan rata-rata 10 per 100.000, kecuali
di Jepang (6,5 per 100.000). Insiden di Amerika Selatan (7,7 per 100.000)
relatif tinggi bila dibandingkan dengan angka kejadian di Asia dan Afrika
(WHO,2010).
Angka kejadian
kista ovarium di Indonesia belum diketahui dengan pasti karena pencatatan dan
pelaporan yang kurang baik. Sebagai gambaran di RSU Dharmais, ditemukan
kira-kira 30 pasien setiap tahun. Menurut data hasil penelitian di Rumah Sakit
Umum Cipto Mangunkusumo terdata pada tahun 2008 ada 428 kasus pasien kista
endometriosis, 20% diantaranya meninggal dunia dan 65% diantaranya adalah
wanita karir yang telah berumah tangga, sedangkan pada tahun 2009 terdata 768
kasus pasien kista endometriosis, dan 25% diantaranya meninggal dunia, dan 70%
diantaranya adalah wanita karir yang telah berumah tangga (Nasdaldy, 2009).
D.
Klasifikasi
1. Kista
ovarium Non neoplastik (fungsional)
-
Kista
Folikel
Kista ini berasal dari folikel
de graaf yang tidak sampai berevolusi, namun tumbuh terus menjadi kista
folikel, atau dari beberapa folikel primer yang setelah tumbuh di bawah
pengaruh estrogen tidak mengalami atresia yang lazim, melainkan membesar
menjadi kista. (Prawirohardjo, 2002). Kista folikel adalah struktur normal,
fisiologis, sementara dan seringkali multiple, yang berasal dari kegagalan
resorbsi cairan folikel dari yang tidak berkembang sempurna. Paling sering
terjadi pada wanita muda yang masih menstruasi dan merupakan kista yang paling
lazim dijumpai oleh ovarium normal.
-
Kista
korpus luteum
Dalam keadaan normal korpus luteum
akan mengecil dan menjadi korpus albikans. Terkadang korpus lutem akan
mempertahankan diri ( korpus luteum persistens), perdarahan yang sering terjadi
di dalamnya menyebabkan terjadinya kista, berisi cairan yang berwarna merah
coklat karena darah tua. Dinding kista terdiri atas lapisan berwarna
kuning, terdiri atas sel-sel luteum yang berasal dari sel-sel teka. Kista
korpus luteum dapat menimbulkan gangguan haid, berupa amenore diikuti oleh
perdarahan tidak teratur. Adanya kista dapat juga menyebabkan rasa berat di
perut bagian bawah dan perdarahan yang berulang dalam kista dapat menyebabkan
ruptur.
-
Korpus
Teka Lutein
Kista ini dapat terjadi pda
kehamilan, lebih jarang di luar kehamilan. Kista lutein yang sesungguhnya,
umumnya berasal dari korpus luteum hematoma. Kista teka lutein biasanya
bilateral, kecil dan lebih jarang dibanding kista folikel atau kista korpus
luteum. Kista teka lutein diisi oleh cairan berwarna kekuning-kuningan, seacar
perlahan-lahan terjadi reabsorpsi dari unsur-unsur darah, sehingga akhirnya
tinggallah cairan yang jernih atau sedikit bercampur darah. Pada saat yang sama
dibentuklah jaringan fibroblast pada bagian lapisan lutein sehingga pada kista
teka ltein yang tua, sel-sel lutein terbenam dalam jaringan-jaringan perut.
(Wiknojosastro,2005).
2. Kista
ovarium Neoplastik
-
Kistoma
Ovarii Simpleks
Kistoma ovarii simpleks adalah
kista yang permukaannya rata dan halus, biasanya bertangkai, seringkali
bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis berisi cairan jernih
yang serosa dan berwarna kuning.
-
Kistadenoma
Ovarii Muscinosum
Bentuk kista multilokular dan
biasanya unilatelar, dapat tumbuh menjadi sangat besar. Gambaran klinis
terdapat perdarahan dalam kista dan perubahan degeneratif sehingga timbul
perlengketan kista dengan omentum, usus, dan peritonem parietale. Kista ini
berasal dari teratoma. Selain itu, bisa terjadi ileus karena perlekatan
dan produksi musim yang terus bertambah akibat pseudomiksoma peritonei.
-
Kistadenoma
Ovarii Serosum
Kista ini berasal dari epitel
germinativum. Bentuk kistanya unilokular, bila multilokular perlu dicurigai
adanya keganasan. Kista ini dapat membesar, tetapi tidak sebesar musinosum.
Selain teraba massa intraabdominal juga dapat timbul asites.
-
Kista
Dermoid
Kista dermoid adalah teratoma
kistik jinak dengan struktur ektodermal berdiferensiasi sempurna dan lebih
menonjol daripada mesoderm dan entoderm. Dinding kista keabu-abuan dan agak
tipis, konsistensi sebagian kistik kenyal dan sebagian lagi padat. Dapat
terjadi perubahan kearah keganasan, seperti karsinoma epidermoid. Kista ini
diduga berasal dari sel telut melalui proses partenogenesis. (Smeltzer, 2002).
3.
Etiologi
Penyebab dari kista belum diketahui
secara pasti tapi ada beberapa factor pemicu yaitu :
1.
Faktor genetik
Dalam
tubuh kita terdapat gen gen yang berpotensi memicu kanker, yaituyang disebut
protoonkogen, karena suatu sebab tertentu, misalnya karena makanan yang bersifat
karsinogen , polusi, atau terpapar zat kimia tertentu atau karena radiasi,
protoonkogen ini dapat berubah menjadi onkogen, yaitu gen pemicu kanker.
2. Gaya
hidup tidak sehat, diantaranya :
-
Konsumsi makanan yang
tinggi lemak dan kurang serat
-
Zat tambahan pada
makanan
-
Kurang olahraga
-
Merokok dan konsumsi
alcohol
-
Terpapar denga polusi
dan agen infeksius
-
Sering stress
-
Zat
polutan
4.
Manifestasi Klinis
Kebayakan tumor ovarium tidak
menunjukan tanda dan gejala. Sebagian besar gejala yang ditemukan adalah akibat
pertumbuhan aktivitas hormone atau komplikasi tumor tersebut. Pada stadium awal
gejalanya dapat berupa :
-
Gangguan haid.
-
Jika sudah menekan
rectum atau VU mungkin terjadi konstipasi atau sering berkemih.
-
Dapat terjadi
peregangan atau penekanan daerah panggul yang menyebabkan nyeri spontan dan
sakit diperut.
-
Nyeri saat bersenggama
Pada stadium lanjut;
-
Asites
-
Penyebaran ke omentum
(lemak perut) serta oran organ di dalam rongga perut (usus dan hati).
-
Perut membuncit, kembung,
mual, gangguan nafsu makan. Gangguan
buang air besar dan kecil.
-
Sesak nafas akibat
penumpukan cairan di rongga dada.
5.
Patofisiologi
Kista terdiri atas folikel –
folikel praovulasi yang telah mengalami atresia (degenerasi). Pada wanita yang menderita
ovarium polokistik, ovarium utuh dan FSH dan SH tetapi tidak terjadi ovulasi
ovum. Kadar FSH dibawah normal sepanjang stadium folikular daur haid, sementara
kadar LH lebih tinggi dari normal, tetapi tidak memperlihatkan lonjakan.
Peningkatan LH yang terus menerus menimbulkan pembentukan androgen dan estrogen
oleh folikel dan kelenjar adrenal. Folikel anovulasi berdegenerasi dan
membentuk kista, yang menyebabkan terjadinya ovarium polikistik. (Corwin, 2002)
Kista bermetastasis dengan invasi
langsung struktur yang berdekatan dengan abdomen dan pelvis dan sel – sel yang
menempatkan diri pada rongga abdomen dan pelvis. Penyebaran awal kanker ovarium
dengan jalur intra peritonial dan limfatik muncul tanpa gejala atau tanda
spesifik.
Gejala tidak pasti yang akan
muncul seiring dengan waktu adalah perasaan berat pada pelvis. Sering berkemih
dan disuria dan perubahan fungsi gastro intestinal, seperti rasa penuh, mual,
tidak enak pada perut, cepat kenyang.
Pada beberapa perempuan dapat
terjadi perdarahan abnormal vagina skunder akibat hiperplasia endometrium, bila
tumor menghasilkan estrogen beberapa tumor menghasilkan testosteron dan
menyebabkan virilisasi. (Price, Wilson, 2006).
Kista non-neoplastik sering
ditemukan, tetapi bukan masalah serius. Kista folikel dan luteal di ovarium
sangat sering ditemukan sehingga hampir dianggap sebagai varian fisiologik.
Kelainan yang tidak berbahaya ini berasal dari folikel graaf yang tidak ruptur
atau pada folikel yang sudah pecah dan segera menutup kembali. Kista
demikian seringnya adalah multipel dan timbul langsung di bawah lapisan serosa
yang menutupi ovarium, biasanya kecil, dengan diameter 1- 1,5 cm dan berisi
cairan serosa yang bening, tetapi ada kalanya penimbunan cairan cukup banyak,
sampai mencapai diameter 4 hingga 5 cm sehingga dapat di raba massa dan
menimbulkan nyeri panggul. Jika kecil, kista ini dilapisi granulosa atau sel
teka, tetapi seiring dengan penimbunan cairan timbul tekanan yang dapat
menyebabkan atropi sel tersebut. Kadang – kadang kista ini pecah, menimbulkan
perdarahan intraperitonium, dan gejala abdomen akut. (Robbins, 2007)
6.
Pemeriksaan
Penunjang
1.
Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat
berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal dari ovarium atau tidak,
dan untuk menentukan silat-sifat tumor itu.
2.
Hitung
darah lengkap
Penurunan Hb dapat
menununjukan anemia kronis sementara penurunan Ht menduga kehilangan darah
aktif, peningkatan SDP dapat mengindikasikan proses inflamasi / infeksi. (
Doenges. 2000:743 )
3.
Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat
ditentukan letak dan batas tumor apakah tumor berasal dari uterus, ovarium,
atau kandung kencing, apakah tumor kistik atau solid, dan dapatkah dibedakan
pula antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.
4.
Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna
untuk menentukan adanya hidrotoraks. Selanjutnya, pada kista dermoid
kadang-kadang dapat dilihat gigi dalam tumor. Penggunaan foto rontgen pada
pictogram intravena dan pemasukan bubur barium dalam colon disebut di atas.
5.
Parasentesis
Telah disebut bahwa
fungsi pada asites berguna menentukan sebab asites. Perlu diingatkan bahwa
tindakan tersebut dapat mencemarkan cavum peritonei dengan kista bila dinding
kista tertusuk. (Wiknjosastro, et.all, 1999)
6.
Pap smear
Untuk mengetahui
displosia seluler menunjukan kemungkinan adaya kanker/kista.
7.
Penatalaksanaan
1. Pengangkatan
kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui tindakan bedah, misal
laparatomi, kistektomi atau laparatomi salpingooforektomi.
2. Perawatan
pasca operasi setelah pembedahan untuk mengangkat kista ovarium adalah serupa
dengan perawatan setelah pembedahan abdomen dengan satu pengecualian penurunan
tekanan intra abdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar
biasanya mengarah pada distensi abdomen yang berat. Hal ini dapat dicegah dengan
memberikan gurita abdomen sebagai penyangga.
3. Tindakan
keperawatan berikut pada pendidikan kepada klien tentang pilihan pengobatan dan
manajemen nyeri dengan analgetik / tindakan kenyamanan seperti kompres hangat
pada abdomen atau teknik relaksasi napas dalam, informasikan tentang perubahan
yang akan terjadi seperti tanda – tanda infeksi, perawatan insisi luka operasi.
Tindakan operasi pada tumor ovarium
neoplastik yang tidak ganas ialah pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi
pada bagian ovarium yang mengandung tumor. Akan tetapi jika tumornya besar atau
ada komplikasi, perlu dilakukan pengangkatan ovarium, bisanya disertai dengan
pengangkatan tuba
Asuhan post operatif merupakan hal
yang berat karena keadaan yang mencakup keputusan untuk melakukan operasi,
seperti hemorargi atau infeksi. Pengkajian dilakukan untuk mengetahui
tanda-tanda vital, asupan dan keluaran, rasa sakit dan insisi. Terapi
intravena, antibiotik dan analgesik biasanya diresepkan. Intervensi mencakup
tindakan pemberiaan rasa aman, perhatian terhadap eliminasi, penurunan rasa
sakit dan pemenuhan kebutuhan emosional Ibu.
Efek anestesi umum. Mempengaruhi
keadaan umum penderita, karena kesadaran menurun. Selain itu juga diperlukan
monitor terhadap keseimbangan cairan dan elektrolit, suara nafas dan usaha
pernafasan, tanda-tanda infeksi saluran kemih, drainese urin dan perdarahan.
Perawat juga harus mengajarkan bagaimana aktifitas pasien di rumah setelah pemulangan,
berkendaraan mobil dianjurkan setelah satu minggu di rumah, tetapi tidak boleh
mengendarai atau menyetir untuk 3-4 minggu, hindarkan mengangkat benda-benda
yang berat karena aktifitas ini dapat menyebabkan kongesti darah di daerah
pelvis, aktifitas seksual sebaiknya dalam 4-6 minggu setelah operasi, kontrol
untuk evaluasi medis pasca bedah sesuai anjuran (Long, 1996).
8.
Komplikasi
Menurut
manuaba ( 1998:417 ) komplikasi dari kista ovarium yaitu :
-
Perdarahan intra tumor
Perdarahan menimbulkan
gejala klinik nyeri abdomen mendadak dan memerlukan tindakan yang cepat.
-
Torsi
Putaran kista yang biasanya
searah dengan jarum jam. Dapat berputar sedikit saja atau terjadi beberapa
putaran. Gangguan perdaran darah yang disebabkan oleh torsi mengenai susunan
vena sehingga kista berwarna kebiruan, dalam keadaan ekstrim arteri juga
terjepit. Torsi kadang – kadang disertai rasa nyeri yang hebat dan terus
menerus. Tetapi kadang – kadang pula nyeri itu hanya sebentar.
-
Robekan dinding kista
Pada torsi tangkai ada
kemungkinan terjadi robekan sehingga isi kista tumpah kedalam rungan abdomen.
-
Keganasan kista ovarium
Terjadi pada kista pada
usia sebelum menarche dan pada usia diatas 45 tahun.
2.9.Pathway
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
1) Biodata, meliputi identitas
pasien, identitas penanggung jawab dan identitas masuk.
2) Riwayat
kesehatan, meliputi keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan
dahulu, riwayat kesehatan keluarga dan riwayat sosial ekonomi.
3) Status
Obstetrikus, meliputi :
-
Menstruasi : menarche,
lama, siklus, jumlah, warna dan bau
-
Riwayat perkawinan :
berapa kali menikah, usia perkawinan
-
Riwayat persalinan
-
Riwayat KB
4) Pengkajian
pasca operasi rutin, menurut (Ingram, Barbara, 1999)
-
Kaji tingkat kesadaran
-
Ukur tanda-tanda vital
-
Auskultasi bunyi nafas
-
Kaji turgor kulit
-
Pengkajian abdomen
-
Inspeksi ukuran dan
kontur abdomen
§ Auskultasi
bising usus
§ Palpasi
terhadap nyeri tekan dan massa
§ Tanyakan
tentang perubahan pola defekasi
§ Kaji
status balutan
-
Kaji terhadap nyeri
atau mual
-
Kaji status alat
intrusive
-
Palpasi nadi pedalis
secara bilateral
-
Evaluasi kembalinya reflek gag
-
Periksa laporan operasi
terhadap tipe anestesi yang diberikan dan lamanya waktu di bawah anestesi.
-
Kaji status psikologis pasien
setelah operasi
5) Pemeriksaan fisik
-
Kaji keadaan umum,
kesadaran, berat badan atau tinggi badan dan tanda – tanda vital.
-
Kepala : Kaji adanya keluhan pusing atau sakit kepala, warna rambut, keadaan,
distribusi rambut, dan kebersihan rambut.
-
Mata: Kaji kesimetrisan mata, warna konjungtiva, sklera, kornea, dan fungsi
penglihatan.
-
Hidung : Kaji kesimetrisan, keadaan kehersihan hidung, dan fungsi penciuman.
-
Mulut: Kaji kelembaban mukosa mulut dan bibir, keadaan gigi, fungsi
pengecapan, keadaan mulut dan fungsi menelan.
-
Telinga: Kaji adanya kelainan bentuk, keadaan, dan fungsi pendengaran.
-
Leher: Kaji adakah pembekakan, pembesaran kelenjar tiroid, distensi vena
jugularis, pebesaran kelenjar getah bening.
-
Daerah dada: Kaji adanya keluhan sesak nafas, bentuk, nyeri dada, auskultasi suara
jantung, bunyi jantung, frekuensi nadi, dan tekanan darah.
-
Abdomen: Kaji adanya massa pada abdomen, distensi, bising usus, bekas luka, nyeri
tekan, karakteristik nyeri, kondisi hepar dan kandung kemih.
-
Genitalia Eksterna: Kaji adanya pengeluaran sekret dan perdarahan, warna, bau, keluhan gatal
dan kebersihan.
-
Anus: Kaji adanya keluhan konstipasi, dan inspeksi adanya hemoroid eksterna.
-
Ektremitas: Kaji kekuatan otot, varises, kontraktur pada persendian, refleks - refleks,
dan kesulitan pergerakan.
6) Data
penunjang
Pemeriksaan
laboratorium : pemeriksaan darah lengkap (NB, HT, SDP). Terapi : terapi yang
diberikan pada post operasi baik injeksi maupun peroral
B.
Diagnosa
Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera biologis
2. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan penekanan
massa pada VU dan rectum.
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan mual , muntah,
anoreksia
4. Konstipasi dibuktikan dengan penekanan tumor
5. Resiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif
6. Konstipasi dibuktikan dengan penurunan peristaltik usus
C.
Intervensi
1. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera biologis
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan asuhan
keperawatan, nyeri yang dirasakan klien berkurang atau terkontrol.
Kriteria Hasil
:
·
Klien
melaporkan nyeri berkurang
·
Klien tidak
tampak mengeluh dan menangis
· Klien tidak gelisah
·
Klien dapat
menggunakan teknik non farmakologis
·
Klien
menggunakan analgesic sesuai instruksi
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Kaji secara komprehensip terhadap
nyeri termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri dan faktor presipitasi
|
Untuk mengetahui tingkat nyeri
pasien
|
Observasi reaksi ketidaknyaman
secara nonverbal
|
Untuk mengetahui tingkat
ketidaknyamanan dirasakan oleh pasien
|
Gunakan strategi komunikasi
terapeutik untuk mengungkapkan pengalaman nyeri dan penerimaan klien terhadap
respon nyeri
|
Untuk mengalihkan perhatian pasien
dari rasa nyeri
|
Berikan informasi tentang nyeri
termasuk penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan hilang, antisipasi terhadap
ketidaknyamanan dari prosedur
|
Pemberian “health education” dapat
mengurangi tingkat kecemasan dan membantu klien dalam membentuk mekanisme
koping terhadap rasa nyeri
|
Ajarkan cara penggunaan terapi non
farmakologi (distraksi, guide imagery,relaksasi)
|
Agar klien mampu menggunakan
teknik nonfarmakologi dalam memanagement nyeri yang dirasakan.
|
Kolaborasi pemberian analgesic
|
Pemberian analgetik dapat
mengurangi rasa nyeri pasien
|
2. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan penekanan
massa pada VU dan rectum.
Tujuan : Setelah dilakukan
asuhan keperawatan, diharapkan pola
eliminasi urine kembali normal.
Kriteria
Hasil :
-
Eliminasi urin tidak terganggu
-
Kontinensia urin
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Catat
pola miksi dan monitor
pengeluaran urine.
|
Melihat
perubahan pola eliminasi urine.
|
Lakukan
palpasi pada kandung kemih, observasi adanya ketidaknyamanan dan rasa nyeri.
|
Menentukan
tingkat nyeri yang dirasakan oleh klien.
|
Bantu pasien memilih posisi
normal untuk berkemih, contohnya berdiri, berjalan ke kamar mandi
|
Mendorong pasase urin dan
meningkatkan rasa normalitas
|
Ukur volume residu apabila
ada kateter suprapubik
|
Mengawasi keefektifan
pengosongan kandung kemih. Residu lebih dari 50 ml menunjukkan perlunya
perubahan kontinuitas kateter sampai tonus kandung kemih membaik.
|
Instruksikan pasien untuk
latihan perineal
|
Membantu meningkatkan control
kandung kemih/sfingter/urin. Meminimalkan inkontinensia
|
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan mual , muntah,
anoreksia
Tujuan: Setelah
dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan klien menunjukkan status gizi baik.
Kriteria
Hasil :
- Toleransi terhadap diet yang dibutuhkan
- Mempertahankan massa tubuh dan berat badan dalam
batas normal
- Nilai laboratorium dalam batas normal
- Melaporkan keadekuatan tingkat energi
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Buat perencanaan makan dengan pasien untuk dimasukkan ke dalam jadwal
makan.
|
Menjaga pola makan pasien sehingga pasien makan secara teratur
|
Dukung anggota keluarga untuk membawa makanan kesukaan pasien dari rumah.
|
Klien merasa nyaman dengan makanan yang dibawa dari rumah dan dapat
meningkatkan nafsu makan pasien.
|
Tawarkan makanan porsi besar disiang hari ketika nafsu makan tinggi
|
Dengan pemberian porsi yang besar dapat menjaga keadekuatan nutrisi yang
masuk.
|
Pastikan diet
memenuhi kebutuhan tubuh sesuai indikasi.
|
Tinggi karbohidrat, protein, dan kalori diperlukan atau dibutuhkan selama
perawatan.
|
Pantau
masukan dan pengeluaran dan timbang berat badan secara periodik.
|
Sebagai data penunjang adanya perubahan nutrisi yang kurang dari
kebutuhan
|
Kaji turgor
kulit pasien
|
Mengetahui keseimbangan intake dan pengeluaran asuapan makanan.
|
Kolaborasi :
a. - Observasi:
Pantau nilai
laboratorium, seperti Hb, albumin, dan kadar glukosa darah
-
Kolaborasi dengan ahli gizi
penentuan diet klien
|
-
Untuk dapat mengetahui tingkat
kekurangan kandungan Hb, albumin, dan glukosa dalam darah.
-
Menjaga keadekuatan asupan
nutrisi yang dibutuhkan.
|
4. Resiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif
Tujuan : Setelah
diberikan asuhan keperawatan diharapkan infeksi tidak terjadi
Kriteria Hasil :
-
TTV Normal (TD
120/80 mmHg, Nadi 60-100x/menit, Respirasi 18-20x/menit, SB 36,5OC-37,5OC)
-
Tidak terdapat
tanda-tanda infeksi (Rubor, kalor, tumor, dolor, fungsio laesa)
Intervensi
|
Rasional
|
Dorong
teknik mencuci tangan dengan baik
|
Mencegah
infeksi nosokomial saat perawatan.
|
Kaji
tanda-tanda infeksi
|
Mengetahui tanda-tanda
infeksi secara dini dapat membantu dalam kecepatan menentukan intervensi
|
Ukur temperatur tiap 4 jam
|
Peningkatan suhu badan
merupakan salah satu tanda adanya infeksi
|
Berikan
antibiotik sesuai dengan indikas
|
Pemberian antibiotik dapat mecegah
terjadinya infeksi
|
5. Konstipasi berhubungan dengan penekanan tumor, penurunan
peristaltik usus
Tujuan : Setelah dilakukan
asuhan keperawatan, diharapkan klien dapat defekasi dengan teratur.
Kriteria Hasil :
-
Defekasi dapat
dilakukan satu kali sehari
-
Konsistensi feses
lembut
-
Eliminasi feses
tanpa perlu mengejan berlebihan
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Tentukan pola
defekasi bagi klien dan latih klien untuk menjalankannya
|
Untuk
mengembalikan keteraturan pola defekasi klien
|
Atur waktu
yang tepat untuk defekasi klien seperti sesudah makan
|
Untuk
memfasilitasi refleks defekasi
|
Berikan
cakupan nutrisi berserat sesuai dengan
indikasi
|
Nutrisi serat
tinggi untuk melancarkan eliminasi fekal
|
Berikan cairan jika tidak kontraindikasi 2-3 liter per hari
|
Untuk
melunakkan feses
|
Kolaborasi :
Pemberian laksatif atau enema sesuai indikasi
|
Untuk
melunakkan eliminasi feses
|
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kista ovarium
merupakan salah satu tumor jinak ginekologi yang paling sering dijumpai pada
wanita di masa reproduksinya. Sebagian besar kista terbentuk karena perubahan
kadar hormon yang terjadi selama siklus haid, produksi dan pelepasan sel telur
dari ovarium. Kematian disebabkan karena karsinoma ovari ganas berhubungan
dengan stadium saat terdiagnosis pertama kali dan pasien dengan keganasan ini
sering ditemukan sudah dalam stadium akhir.
B.
Saran
Terdapat banyak
sekali penyakit-penyakit pada sistem reproduksi dengan tanda dan gejala yang
hampir sama. Kita perlu memahami dengan baik konsep medis agar dapat menerapkan
asuhan keperawatan secara tepat. Semoga dengan adanya makalah ini, dapat
menambah pengetahuan bagi pembaca, khususnya bagi rekan-rekan mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI
DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa
Keperawatan Indonesia Edisi 1. Jakarta:
PPNI
Judith M. Wilkinson dan
Nancy R. Ahern. Buku Saku DIAGNOSIS KEPERAWATAN Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria hasil
NOC Edisi 9. Jakarta: EGC.
NANDA International.
2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi, Dan Klasifikasi 2012-2014/Editor, T. Heather Herdman; Alih
Bahasa, Made Sumarwati, Dan Nike Budhi Subekti ; Editor Edisi Bahasa Indonesia, Barrah Bariid, Monica Ester, Dan Wuri Praptiani. Jakarta;
EGC.
Nurarif, Amin Huda
dan Hardhi Kusuma.2015. Aplikasi Asuhan
Keperawatan berdasarkan diagnosa
medis dan NANDA NIC NOC Edisi revisi jilid 2. Yogyakarta: MediAction
Smeltzer
and Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta : EGC.
Jurnal Kista
Ovarium di unduh di http://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU- Undergraduate-6460-bab1.pdf pada tanggal
13/11/2017 pukul 15:01 WITA
Jurnal ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI
DENGAN KISTA OVARIUM DI BPM. HJ. AAT NURMAYATI CIBEUREUM TASIKMALAYA di unduh di http://repo.stikesmucis.ac.id/ejurnal/file.php?file=preview_mahasiswa&id =1122&cd=0b2173ff6ad6a6fb09c95f6d50001df6&name=13DB277131.pd f pada
14/11/2017 pukul 15:12 WITA
Jurnal Penerapan
Dampster Shafer untuk Mendiagnosa Kista Ovarium di unduh di http://riset.potensiutama.ac.id/upload/penelitian/penerbitan_jurnal/117120%20PENERAPAN%20DAMPSTER%20SHAFER%20UNTUK%20MENDIAGNOSA%20KISTA%20OVARIUM.pdf pada 14/11/2017 pukul 15:14 WITA