Senin, 16 Desember 2019

ASUHAN KEPERAWATAN BRONKOPNEUMONIA

ASUHAN KEPERAWATAN
PANA AN. R.S DENGAN PNEUMONIA DI RSUP PROF. KANDOU MANADO




Oleh :

ZAKIAH BAKRI
19014104025

CLINICAL THEACHER

Ns. M. Nurmansyah, M. Kep



UNIVERSITAS SAM RATULANGI FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
PROFESI NERS
MANADO 2019


LAPORAN PENDAHULUAN
BRONKOPNEUMONIA PADA ANAK

Pengertian
Bronchopneumoni merupakan salah satu jenis pneumonia yang memiliki pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi & meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. (Smeltzer & Suzanne C, 2002 ).
Bronkopneumonia adalah peradangan paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi jamur dan seperti bakteri, virus, dan benda asing ( Ngastiyah,2005).
Bronkopneumonia suatu cadangan pada parenkim paru yang meluas sampai bronkioli atau dengan kata lain peradangan yang terjadi pada jaringan paru melalui cara penyebaran langsung melalui saluran pernafasan atau melalui hematogen sampai ke bronkus.(Riyadi sujono&Sukarmin,2009).

Etiologi
Umumnya individu yg terserang bronchopneumonia diakibatkan karena adanya penurunan mekanisme pertahanan daya tahan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Orang yg normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yg terdiri atas : reflek glotis & batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yg menggerakkan kuman ke arah keluar dari organ, & sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronchopneumonia biasanya disebabkan oleh virus,  jamur, protozoa, bakteri, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. (Sandra M. Nettiria, 2001 : 682) antara lain:
1.      Virus : Legionella pneumoniae
2.      Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans
3.      Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.
4.      Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-paru
5.      Terjadi karena kongesti paru yang lama.

Patofisiologi
Sebagian besar penyebab dari bronkopneumonia ialah mikroorganisme (jamur, bakter, virus) & sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon (bensin, minyak tanah, & sejenisnya). Serta aspirasi ( masuknya isi lambung ke dalam saluran napas). Awalnmya mikroorganisme dapat masuk melalui percikan ludah ( droplet) infasi ini dapat masuk ke saluran pernapasan atas & menimbulkan reaksi imunologis dari tubuh. Reaksi ini menyebabkan peradangan, di mana ketika terjadi peradangan ini tubuh dapat menyesuaikan diri maka timbulah gejala demam pada penderita. Reaksi peradangan ini dapat menimbulkan secret. Semakin lama secret semakin menumpuk di bronkus maka aliran bronkus menjadi semakin sempit & pasien dapat merasa sesak. Tidak Hanya terkumpul di bronkus, lama kelamaan secret dapat sampai ke alveolus paru & mengganggu sistem pertukaran gas di paru.
Tidak Hanya menginfeksi saluran napas, bakteri ini dapat juga menginfeksi saluran cerna ketika ia terbawa oleh darah. Bakteri ini dapat membuat flora normal dalam usus menjadi agen pathogen sehingga timbul masalah GI tract.

Manifestasi Klinis
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh infeksi traktusrespiratoris bagian atas selama beberapa hari suhu tubuh naik sangat mendadak sampai 39-40 derajat celcius dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispenia pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung serta sianosis sekitar hidung dan mulut, kadang juga disertai muntah dan diare. Batuk biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit tapi setelah beberapa hari mula-mula kering kemudian menjadi produktif. Pada stadium permulaan sukar dibuat diagnosis dengan pemeriksaan fisik tetapi dengan adanya nafas dangkal dan cepat, pernafasan cuping hidung dan sianosis sekitar hidung dan mulut dapat diduga adanya pneumonia. Hasil pemeriksaan fisik tergantung luas daerah auskultasi yang terkena, pada perkusi sering tidak ditemukan kelainan dan pada auskultasi mungkin hanya terdengar ronchi basah nyaring halus dan sedang. (Ngastiyah, 2005).
1.      Pnemonia bakteri
Gejala :
a. Anoreksi
b. Rinitis ringan
c. Gelisah
Berlanjut sampai :
a.Nafas cepat dan dangkal
b.Demam
c. Malaise  (tidak nyaman)
d. Ekspirasi berbunyi
e. Leukositosis
f. Foto thorak pneumonia lebar
g. Kurang dari 2 tahun vomitus dan diare ringan
h. Lebih dari 5 tahun, sakit kepala dan kedinginan
2.      Pnemonia Virus
Gejala awal  :
a. Rhinitis
b. Batuk
Berkembang sampai :
a. Ronkhi basah
b. Emfisema obstruktif
c. Demam ringan, batuk ringan dan malaise sampai demam tinggi batuk hebat dan lesu


3.      Pneumonia mikroplasma
Gejala :
a. Anoreksia
b. Menggigil
c. Sakit kepala
d. Demam
Berkembang sampai :
a. Rhinitis alergi
b. Sakit tenggorokan batuk kering berdarah
c. Area konsolidasi pada penatalaksanaan pemeriksa thorak

Pemeriksaan Penunjang
Untuk dapat menegakkan diagnose keperawatan dapat digunakan cara:
1.      Pemeriksaan Laboratorium
a.       Pemeriksaan darah
Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis ( meningkatnya jumlah neutrofil) ( Sandra M,Nettina 2001: 684).
b.      Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam. Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta tes sensifitas untuk mendeteksi agen infeksius (Barbara C, Long, 1996 : 435).
c.       Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam basa (Sandra M, Nettina, 2001 : 684).
d.      Kultur darah untuk mendeteksi bakterimia.
e.       Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi antigen mikroba (Sandra M, Nettina 2001 : 684).

2.      Pemeriksaan Radiologi
a.       Rontgenogram thoraks
Menunujukan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada infeksi pneumokokal atau klebsiella. Infilrate multiple seringkali dijumpai pada infeksi stafilokokus dan haemofilus (Barbara C, Long, 1996 : 435).
b.      Laringoskopi / bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas tersumbat oleh benda padat (Sandra M, Nettina, 2001).

Komplikasi
Komplikasi dari bronchopneumonia adalah :
1.      Atelektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau kolaps paru yang merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau reflek batuk hilang.
2.      Empyema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalm rongga pleura yang terdapat disatu tempat atau seluruh rongga pleura.
3.      Abses paru adalah pengumpulan pus dala jaringan paru yang meradang.
4.      Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
5.      Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
(WhaleyWong, 2006)

Penatalaksanaan
1.      Oksigen 1-2 liter per menit.
2.      Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makan eksternal bertahap melaui selang nasogastrik dengan feeding drip.
3.      Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta agonis untuk transport muskusilier.
4.      Koreksi gangguan keseimbangan asam basa elektrolit (Arief Mansjoer, 2000).

Pencegahan Pada Anak
1.      Hindari anak dari adanya paparan asap rokok, polusi dan tempat keramaian yang berpotensi terjadinya penularan.
2.      Hindari kontak langsung anak dengan penderita ISPA.
3.      Membiasakan melakukan pemberian ASI.
4.      Segera berobat apabila terjadi demam, batuk, dan pilek, terlebih disertai suara sesak dan sesak pada anak.
5.      Imunisasi Hb untuk kekebalan terhadapa hameophilus influenza.



ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian
Pengkajian Fokus
a.       Demografi meliputi;nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan.
b.      Keluhan utama
Saat dikaji biasanya penderita bronchopneumonia akan mengeluh sesak nafas, disertai batuk ada secret tidak bisa keluar.
c.       Riwayat penyakit sekarang
Penyakit bronchitis mulai dirasakan saat penderita mengalami batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari terutama pada saat bangun pagi selama minimum 3 bulan berturut-turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun produksi sputum (hijau, putih/ kuning) dan banyak sekali. Penderita biasanya menggunakan otot bantu pernfasan, dada terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP, bunyi nnafas krekels, warna kulit pucat dengan sianosis bibir, dasar kuku.
d.      Riwayat penyakit dahulu
Biasanya penderita bronchopneumonia sebelumnya belum pernah menderita kasus yang sama tetapi mereka mempunyai riwayat penyakit yang dapat memicu terjadinya bronchopneumonia yaitu riwayat merokok, terpaan polusi kima dalam jangka panjang misalnya debu/ asap.
e.       Riwayat penyakit keluarga
Biasanya penyakit bronchopneumonia dalam keluarga bukan merupakan faktor keturunan tetapi kebiasaan atau pola hidup yang tidak sehat seperti merokok.

Pola Pengkajian
1.      Pernafasan
Gejala :
Nafas pendek (timbulnya tersembunyi dengan batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari ( terutama pada saat bangun) selama minimum 3 bulan berturut- turut) tiap tahun sedikitnya 2 tahun. Produksi sputum (Hijau, putih/ kuning) dan banyak sekali Riwayat pneumonia berulang, biasanya terpajan pada polusi kimia/ iritan pernafasan dalam jangka panjang (misalnya rokok sigaret), debu/ asap (misalnya : asbes debu, batubara, room katun, serbuk gergaji) Pengunaaan oksigen pada malam hari atau terus -menerus.
Tanda :
Lebih memilih posisi tiga titik ( tripot) untukbernafas, penggunaan otot bantu pernafasan (misalnya : meninggikan bahu, retraksi supra klatikula, melebarkan hidung).
Dada :
Dapat terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP ( bentuk barel), gerakan difragma minimal.
Bunyi nafas : Krekels lembab, kasar.
Warna : Pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku abu- abu keseluruhan.
2.      Sirkulasi
Gejala :
Pembengkakan ekstremitas bawah.
Tanda :
Peningkatan tekanan darah
Peningkatan frekuensi jantung / takikardi berat, disritmia, distensi vena leher (penyakit berat) edema dependen, tidak berhubungan dengan penyakit jantung. Bunyi jantung redup (yang berhubungan dengan peningkatan diameter AP dada). Warna kulit / membrane mukosa : normal atau abu-abu/ sianosis perifer. Pucat dapat menunjukan anemia.
3.      Makanan / cairan
Gejala :
Mual / muntah.
Nafsu makan buruk / anoreksia ( emfisema).
Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan.
Tanda :
Turgor kulit buruk.
Berkeringat.
Palpitasi abdominal dapat menyebabkan hepatomegali.

4.      Aktifitas / istirahat
Gejala :
Keletihan, keletihan, malaise.
Ketidakmampuan melakukan aktifitas sehari- hari
karena sulit bernafas.
Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam
posisi duduk tinggi.
Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktifitas atau istirahat.
Tanda :
Keletihan.
Gelisah/ insomnia.
Kelemahan umum / kehilangan masa otot.
5.      Integritas ego
Gejala :
Peningkatan faktor resiko.
Tanda :
Perubahan pola hidup.
Ansietas, ketakutan, peka rangsang.
6.      Hygiene
Gejala :
Penurunan kemampuan / peningkatan kebutuhan
melakukan aktifitas sehari- hari.
Tanda :
Kebersihan buruk, bau badan.
7.      Keamanan
Gejala :
Riwayat alergi atau sensitive terhadap zat / faktor
lingkungan.
Adanya infeksi berulang.


Diagnosa Keperawatan
1.      Bersihan jalan nafas tidak efektif
2.      Pola napas tidak efektif
3.      Hipertermia
4.      Gangguan pertukaran gas
5.      Gangguan mobilitas fisik
6.      Perfusi perifer tidak efektif
          Intervensi Keperawatan
1.      Bersihan jalan napas tidak efektif
NOC :
-       Respiratory status : Ventilation
-       Respiratory status : Airway patency
-       Aspiration Control
Kriteria Hasil :
-          Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
-          Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
-          Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yang dapat menghambat jalan nafas
NIC :
Airway suction
-          Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning
-          Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning.
-          Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning
-          Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan.
-          Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suksion nasotrakeal
-          Gunakan alat yang steril sitiap melakukan tindakan
-          Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam setelah kateter dikeluarkan dari nasotrakeal
-          Monitor status oksigen pasien
-          Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suksion
-          Hentikan suksion dan berikan oksigen apabila pasien menunjukkan bradikardi, peningkatan saturasi O2, dll.
Airway Management
-          Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
-          Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
-          Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
-          Pasang mayo bila perlu
-          Lakukan fisioterapi dada jika perlu
-          Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
-          Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
-          Lakukan suction pada mayo
-          Berikan bronkodilator bila perlu
-          Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
-          Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
-          Monitor respirasi dan status O2
2.      Pola napas tidak efektif
NOC :
-          Respiratory status : Ventilation
-          Respiratory status : Airway patency
-          Vital sign Status
Kriteria Hasil :
-          Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
-          Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
-          Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)
NIC :
Airway Management
-          Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
-          Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
-          Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
-          Pasang mayo bila perlu
-          Lakukan fisioterapi dada jika perlu
-          Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
-          Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
-          Lakukan suction pada mayo
-          Berikan bronkodilator bila perlu
-          Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
-          Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
-          Monitor respirasi dan status O2
Terapi Oksigen
-          Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
-          Pertahankan jalan nafas yang paten
-          Atur peralatan oksigenasi
-          Monitor aliran oksigen
-          Pertahankan posisi pasien
-          Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
-          Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
Vital sign Monitoring         
-          Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
-          Catat adanya fluktuasi tekanan darah
-          Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
-          Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
-          Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas
-          Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
-          Monitor sianosis perifer
3.      Gangguan Pertukaran Gas
NOC :
-          Respiratory Status : Gas exchange
-          Respiratory Status : ventilation
-          Vital Sign Status
Kriteria Hasil :
-          Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat
-          Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda tanda distress pernafasan
-          Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
-          Tanda tanda vital dalam rentang normal
NIC :
Airway Management
-          Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
-          Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
-          Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
-          Pasang mayo bila perlu
-          Lakukan fisioterapi dada jika perlu
-          Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
-          Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
-          Lakukan suction pada mayo
-          Berika bronkodilator bial perlu
-          Barikan pelembab udara
-          Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
-          Monitor respirasi dan status O2
Respiratory Monitoring
-          Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi
-          Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostal
-          Monitor suara nafas, seperti dengkur
-          Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot
-          Catat lokasi trakea
-          Monitor kelelahan otot diagfragma (gerakan paradoksis)
-          Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak adanya ventilasi dan suara tambahan
-          Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi crakles dan ronkhi pada jalan napas utama
-          uskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui hasilnya
4.      Hipertermi
NOC : Thermoregulation
Kriteria Hasil :
-          Suhu tubuh dalam rentang normal
-          Nadi dan RR dalam rentang normal
-          Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing, merasa nyama
NIC :
Fever treatment
-          Monitor suhu sesering mungkin
-          Monitor IWL
-          Monitor warna dan suhu kulit
-          Monitor tekanan darah, nadi dan RR
-          Monitor penurunan tingkat kesadaran
-          Monitor WBC, Hb, dan Hct
-          Monitor intake dan output
-          Berikan anti piretik
-          Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam
-          Selimuti pasien
-          Lakukan tapid sponge
-          Berikan cairan intravena
-          Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
-          Tingkatkan sirkulasi udara
-          Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya menggigil
Temperature regulation
-          Monitor suhu minimal tiap 2 jam
-          Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu
-          Monitor TD, nadi, dan RR
-          Monitor warna dan suhu kulit
-          Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi
-          Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
-          Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh
-          Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan akibat panas
-          Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan kemungkinan efek negatif dari kedinginan
-          Beritahukan tentang indikasi terjadinya keletihan dan penanganan emergency yang diperlukan
5.      Gangguan mobilitas fisik
NOC :
-       Joint Movement : Active
-       Mobility Level
-       Self care : ADLs
-       Transfer performanc
Kriteria Hasil :
-       Klien meningkat dalam aktivitas fisik
-       Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas
-       Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah
-       Memperagakan penggunaan alat Bantu untuk mobilisasi (walker)
NIC :
Exercise therapy : ambulation
-       Monitoring vital sign sebelm/sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan
-       Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan
-       Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap cedera
-       Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik ambulasi
-       Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
-       Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai kemampuan
-       Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan ADLs ps.
-       Berikan alat Bantu jika klien memerlukan.
-       Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan
6.      Perfusi perifer tidak efektif
NOC :
-          Circulation status
-          Tissue perfussion : cerebral
Kriteria hasil :
-          Tekanan darah dalam batas normal
-          Tidak ada ortostatik hipertensi
-          Tidak ada tanda penignkatan tekanan intrakranial (tidak lebih dari 15 mmHg)
NIC :
-          Monitor adanya daerah teretntu yang hanya peka terhadap panas/dingin/tajam/tumpul
-          Monitor adanya parastese
-          Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada isi atau laserasi
-          Gunakan sarung tangan untuk proteksi diri
-          Monitor adanya tromboplebitis
-          Diskusikan mengenai penyebab perubahan sensasi




DAFTAR PUSTAKA

Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
Nurarrif, Amin Huda. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosis     Medis dan NANDA NIC NOC Jilid 1. Yogyakarta: MediAction.
Smeltzer, Suzanne. 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol 1. Jakarta: EGC
Suriadi, Yuliani. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: CV Sagung Seto
Zul Dahlan. 2000. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II. Jakarta: Balai Penerbit FKUI






Tidak ada komentar:

Posting Komentar