ASUHAN KEPERAWATAN
PANA AN. R.S DENGAN PNEUMONIA DI RSUP PROF. KANDOU MANADO
Oleh :
ZAKIAH BAKRI
19014104025
CLINICAL THEACHER
Ns. M. Nurmansyah, M. Kep
UNIVERSITAS SAM RATULANGI FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
PROFESI NERS
MANADO 2019
LAPORAN
PENDAHULUAN
BRONKOPNEUMONIA
PADA ANAK
Pengertian
Bronchopneumoni merupakan
salah satu jenis pneumonia yang memiliki pola penyebaran berbercak, teratur
dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi & meluas ke
parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. (Smeltzer & Suzanne C, 2002 ).
Bronkopneumonia
adalah peradangan paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi jamur dan
seperti bakteri, virus, dan benda asing ( Ngastiyah,2005).
Bronkopneumonia
suatu cadangan pada parenkim paru yang meluas sampai bronkioli atau dengan kata
lain peradangan yang terjadi pada jaringan paru melalui cara penyebaran
langsung melalui saluran pernafasan atau melalui hematogen sampai ke
bronkus.(Riyadi sujono&Sukarmin,2009).
Etiologi
Umumnya individu yg
terserang bronchopneumonia diakibatkan karena adanya penurunan mekanisme
pertahanan daya tahan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Orang yg
normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan
yg terdiri atas : reflek glotis & batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia
yg menggerakkan kuman ke arah keluar dari organ, & sekresi humoral
setempat.
Timbulnya bronchopneumonia
biasanya disebabkan oleh virus, jamur, protozoa, bakteri, mikobakteri,
mikoplasma, dan riketsia. (Sandra M. Nettiria, 2001 : 682) antara lain:
1.
Virus
: Legionella pneumoniae
2.
Jamur
: Aspergillus spesies, Candida albicans
3.
Bakteri
: Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.
4.
Aspirasi
makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-paru
5.
Terjadi
karena kongesti paru yang lama.
Patofisiologi
Sebagian besar penyebab dari
bronkopneumonia ialah mikroorganisme (jamur, bakter, virus) & sebagian
kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon (bensin, minyak tanah, &
sejenisnya). Serta aspirasi ( masuknya isi lambung ke dalam saluran napas). Awalnmya
mikroorganisme dapat masuk melalui percikan ludah ( droplet) infasi ini dapat
masuk ke saluran pernapasan atas & menimbulkan reaksi imunologis dari
tubuh. Reaksi ini menyebabkan peradangan, di mana ketika terjadi peradangan ini
tubuh dapat menyesuaikan diri maka timbulah gejala demam pada penderita. Reaksi peradangan ini dapat menimbulkan
secret. Semakin lama secret semakin menumpuk di bronkus maka aliran bronkus
menjadi semakin sempit & pasien dapat merasa sesak. Tidak Hanya terkumpul
di bronkus, lama kelamaan secret dapat sampai ke alveolus paru & mengganggu
sistem pertukaran gas di paru.
Tidak Hanya menginfeksi saluran napas, bakteri ini dapat juga menginfeksi saluran cerna ketika ia terbawa oleh darah. Bakteri ini dapat membuat flora normal dalam usus menjadi agen pathogen sehingga timbul masalah GI tract.
Tidak Hanya menginfeksi saluran napas, bakteri ini dapat juga menginfeksi saluran cerna ketika ia terbawa oleh darah. Bakteri ini dapat membuat flora normal dalam usus menjadi agen pathogen sehingga timbul masalah GI tract.
Manifestasi Klinis
Bronchopneumonia
biasanya didahului oleh infeksi traktusrespiratoris bagian atas selama beberapa
hari suhu tubuh naik sangat mendadak sampai 39-40 derajat celcius dan kadang
disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispenia
pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung serta sianosis
sekitar hidung dan mulut, kadang juga disertai muntah dan diare. Batuk biasanya
tidak ditemukan pada permulaan penyakit tapi setelah beberapa hari mula-mula
kering kemudian menjadi produktif. Pada stadium permulaan sukar dibuat
diagnosis dengan pemeriksaan fisik tetapi dengan adanya nafas dangkal dan
cepat, pernafasan cuping hidung dan sianosis sekitar hidung dan mulut dapat
diduga adanya pneumonia. Hasil pemeriksaan fisik tergantung luas daerah
auskultasi yang terkena, pada perkusi sering tidak ditemukan kelainan dan pada auskultasi
mungkin hanya terdengar ronchi basah nyaring halus dan sedang. (Ngastiyah,
2005).
1.
Pnemonia bakteri
Gejala
:
a.
Anoreksi
b.
Rinitis ringan
c.
Gelisah
Berlanjut sampai :
a.Nafas
cepat dan dangkal
b.Demam
c. Malaise (tidak nyaman)
c. Malaise (tidak nyaman)
d.
Ekspirasi berbunyi
e.
Leukositosis
f.
Foto thorak pneumonia lebar
g.
Kurang dari 2 tahun vomitus dan diare ringan
h.
Lebih dari 5 tahun, sakit kepala dan kedinginan
2.
Pnemonia Virus
Gejala
awal :
a.
Rhinitis
b.
Batuk
Berkembang sampai :
a.
Ronkhi basah
b.
Emfisema obstruktif
c.
Demam ringan, batuk ringan dan malaise sampai demam tinggi batuk hebat dan lesu
3.
Pneumonia mikroplasma
Gejala :
a.
Anoreksia
b.
Menggigil
c.
Sakit kepala
d.
Demam
Berkembang sampai :
a.
Rhinitis alergi
b.
Sakit tenggorokan batuk kering berdarah
c.
Area konsolidasi pada penatalaksanaan pemeriksa thorak
Pemeriksaan Penunjang
Untuk dapat
menegakkan diagnose keperawatan dapat digunakan cara:
1.
Pemeriksaan
Laboratorium
a.
Pemeriksaan
darah
Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan terjadi
leukositosis ( meningkatnya jumlah neutrofil) ( Sandra M,Nettina 2001: 684).
b.
Pemeriksaan
sputum
Bahan pemeriksaan diperoleh dari batuk yang spontan
dan dalam. Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta tes
sensifitas untuk mendeteksi agen infeksius (Barbara C, Long, 1996 : 435).
c.
Analisa
gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam basa (Sandra M,
Nettina, 2001 : 684).
d.
Kultur
darah untuk mendeteksi bakterimia.
e. Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi
untuk mendeteksi antigen mikroba (Sandra M, Nettina 2001 : 684).
2.
Pemeriksaan
Radiologi
a.
Rontgenogram
thoraks
Menunujukan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai
pada infeksi pneumokokal atau klebsiella. Infilrate multiple seringkali
dijumpai pada infeksi stafilokokus dan haemofilus (Barbara C, Long, 1996 :
435).
b.
Laringoskopi
/ bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas tersumbat oleh benda padat
(Sandra M, Nettina, 2001).
Komplikasi
Komplikasi
dari bronchopneumonia adalah :
1.
Atelektasis
adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau kolaps paru yang merupakan
akibat kurangnya mobilisasi atau reflek batuk hilang.
2.
Empyema
adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalm rongga pleura yang terdapat
disatu tempat atau seluruh rongga pleura.
3.
Abses
paru adalah pengumpulan pus dala jaringan paru yang meradang.
4.
Endokarditis
yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
5.
Meningitis
yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
(WhaleyWong, 2006)
Penatalaksanaan
1.
Oksigen
1-2 liter per menit.
2.
Jika
sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makan eksternal bertahap melaui selang
nasogastrik dengan feeding drip.
3.
Jika
sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta
agonis untuk transport muskusilier.
4.
Koreksi
gangguan keseimbangan asam basa elektrolit (Arief Mansjoer, 2000).
Pencegahan Pada Anak
1.
Hindari
anak dari adanya paparan asap rokok, polusi dan tempat keramaian yang
berpotensi terjadinya penularan.
2.
Hindari
kontak langsung anak dengan penderita ISPA.
3.
Membiasakan
melakukan pemberian ASI.
4.
Segera
berobat apabila terjadi demam, batuk, dan pilek, terlebih disertai suara sesak
dan sesak pada anak.
5.
Imunisasi
Hb untuk kekebalan terhadapa hameophilus influenza.
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Pengkajian
Fokus
a.
Demografi
meliputi;nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan.
b.
Keluhan
utama
Saat dikaji
biasanya penderita bronchopneumonia akan mengeluh sesak nafas, disertai batuk
ada secret tidak bisa keluar.
c.
Riwayat
penyakit sekarang
Penyakit
bronchitis mulai dirasakan saat penderita mengalami batuk menetap dengan
produksi sputum setiap hari terutama pada saat bangun pagi selama minimum 3
bulan berturut-turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun produksi sputum (hijau,
putih/ kuning) dan banyak sekali. Penderita biasanya menggunakan otot bantu
pernfasan, dada terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP, bunyi
nnafas krekels, warna kulit pucat dengan sianosis bibir, dasar kuku.
d.
Riwayat
penyakit dahulu
Biasanya
penderita bronchopneumonia sebelumnya belum pernah menderita kasus yang sama
tetapi mereka mempunyai riwayat penyakit yang dapat memicu terjadinya
bronchopneumonia yaitu riwayat merokok, terpaan polusi kima dalam jangka
panjang misalnya debu/ asap.
e.
Riwayat
penyakit keluarga
Biasanya
penyakit bronchopneumonia dalam keluarga bukan merupakan faktor keturunan
tetapi kebiasaan atau pola hidup yang tidak sehat seperti merokok.
Pola Pengkajian
1.
Pernafasan
Gejala :
Nafas
pendek (timbulnya tersembunyi dengan batuk menetap dengan produksi sputum
setiap hari ( terutama pada saat bangun) selama minimum 3 bulan berturut-
turut) tiap tahun sedikitnya 2 tahun. Produksi sputum (Hijau, putih/ kuning)
dan banyak sekali Riwayat pneumonia berulang, biasanya terpajan pada polusi
kimia/ iritan pernafasan dalam jangka panjang (misalnya rokok sigaret), debu/
asap (misalnya : asbes debu, batubara, room katun, serbuk gergaji) Pengunaaan
oksigen pada malam hari atau terus -menerus.
Tanda :
Lebih
memilih posisi tiga titik ( tripot) untukbernafas, penggunaan otot bantu
pernafasan (misalnya : meninggikan bahu, retraksi supra klatikula, melebarkan
hidung).
Dada :
Dapat
terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP ( bentuk barel), gerakan
difragma minimal.
Bunyi nafas
: Krekels lembab, kasar.
Warna :
Pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku abu- abu keseluruhan.
2.
Sirkulasi
Gejala :
Pembengkakan
ekstremitas bawah.
Tanda :
Peningkatan
tekanan darah
Peningkatan
frekuensi jantung / takikardi berat, disritmia, distensi vena leher (penyakit
berat) edema dependen, tidak berhubungan dengan penyakit jantung. Bunyi jantung
redup (yang berhubungan dengan peningkatan diameter AP dada). Warna kulit /
membrane mukosa : normal atau abu-abu/ sianosis perifer. Pucat dapat menunjukan
anemia.
3.
Makanan
/ cairan
Gejala :
Mual /
muntah.
Nafsu makan buruk / anoreksia ( emfisema).
Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan.
Tanda :
Turgor kulit buruk.
Berkeringat.
Palpitasi abdominal dapat menyebabkan hepatomegali.
4.
Aktifitas
/ istirahat
Gejala :
Keletihan,
keletihan, malaise.
Ketidakmampuan melakukan aktifitas sehari- hari
karena sulit bernafas.
Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam
posisi duduk tinggi.
Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktifitas
atau istirahat.
Tanda :
Keletihan.
Gelisah/ insomnia.
Kelemahan umum / kehilangan masa otot.
5.
Integritas
ego
Gejala :
Peningkatan
faktor resiko.
Tanda :
Perubahan
pola hidup.
Ansietas,
ketakutan, peka rangsang.
6.
Hygiene
Gejala :
Penurunan kemampuan / peningkatan kebutuhan
melakukan aktifitas sehari- hari.
Tanda :
Kebersihan buruk, bau badan.
7.
Keamanan
Gejala :
Riwayat alergi atau sensitive terhadap zat / faktor
lingkungan.
Adanya infeksi berulang.
Diagnosa Keperawatan
1.
Bersihan
jalan nafas tidak efektif
2.
Pola napas tidak efektif
3.
Hipertermia
4.
Gangguan pertukaran gas
5.
Gangguan mobilitas fisik
6.
Perfusi perifer tidak efektif
Intervensi Keperawatan
1. Bersihan
jalan napas tidak efektif
NOC :
-
Respiratory status : Ventilation
-
Respiratory status : Airway patency
-
Aspiration Control
Kriteria Hasil :
-
Mendemonstrasikan batuk efektif dan
suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan
sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
-
Menunjukkan jalan nafas yang paten
(klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang
normal, tidak ada suara nafas abnormal)
-
Mampu mengidentifikasikan dan mencegah
factor yang dapat menghambat jalan nafas
NIC :
Airway suction
-
Pastikan kebutuhan oral / tracheal
suctioning
-
Auskultasi suara nafas sebelum dan
sesudah suctioning.
-
Informasikan pada klien dan keluarga
tentang suctioning
-
Minta klien nafas dalam sebelum suction
dilakukan.
-
Berikan O2 dengan menggunakan nasal
untuk memfasilitasi suksion nasotrakeal
-
Gunakan alat yang steril sitiap
melakukan tindakan
-
Anjurkan pasien untuk istirahat dan
napas dalam setelah kateter dikeluarkan dari nasotrakeal
-
Monitor status oksigen pasien
-
Ajarkan keluarga bagaimana cara
melakukan suksion
-
Hentikan suksion dan berikan oksigen
apabila pasien menunjukkan bradikardi, peningkatan saturasi O2, dll.
Airway Management
-
Buka jalan nafas, guanakan teknik chin
lift atau jaw thrust bila perlu
-
Posisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi
-
Identifikasi pasien perlunya pemasangan
alat jalan nafas buatan
-
Pasang mayo bila perlu
-
Lakukan fisioterapi dada jika perlu
-
Keluarkan sekret dengan batuk atau
suction
-
Auskultasi suara nafas, catat adanya
suara tambahan
-
Lakukan suction pada mayo
-
Berikan bronkodilator bila perlu
-
Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl
Lembab
-
Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
-
Monitor respirasi dan status O2
2. Pola
napas tidak efektif
NOC :
-
Respiratory status : Ventilation
-
Respiratory status : Airway patency
-
Vital sign Status
Kriteria Hasil :
-
Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas
yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu
bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
-
Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak
merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak
ada suara nafas abnormal)
-
Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan
darah, nadi, pernafasan)
NIC :
Airway Management
-
Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau
jaw thrust bila perlu
-
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
-
Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat
jalan nafas buatan
-
Pasang mayo bila perlu
-
Lakukan fisioterapi dada jika perlu
-
Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
-
Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
tambahan
-
Lakukan suction pada mayo
-
Berikan bronkodilator bila perlu
-
Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
-
Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
-
Monitor respirasi dan status O2
Terapi Oksigen
-
Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
-
Pertahankan jalan nafas yang paten
-
Atur peralatan oksigenasi
-
Monitor aliran oksigen
-
Pertahankan posisi pasien
-
Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
-
Monitor adanya kecemasan pasien terhadap
oksigenasi
Vital sign Monitoring
-
Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
-
Catat adanya fluktuasi tekanan darah
-
Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau
berdiri
-
Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
-
Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
-
Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
-
Monitor sianosis perifer
3. Gangguan
Pertukaran Gas
NOC :
-
Respiratory Status : Gas exchange
-
Respiratory Status : ventilation
-
Vital Sign Status
Kriteria Hasil :
-
Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi
dan oksigenasi yang adekuat
-
Memelihara kebersihan paru paru dan
bebas dari tanda tanda distress pernafasan
-
Mendemonstrasikan batuk efektif dan
suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan
sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
-
Tanda tanda vital dalam rentang normal
NIC :
Airway Management
-
Buka jalan nafas, guanakan teknik chin
lift atau jaw thrust bila perlu
-
Posisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi
-
Identifikasi pasien perlunya pemasangan
alat jalan nafas buatan
-
Pasang mayo bila perlu
-
Lakukan fisioterapi dada jika perlu
-
Keluarkan sekret dengan batuk atau
suction
-
Auskultasi suara nafas, catat adanya
suara tambahan
-
Lakukan suction pada mayo
-
Berika bronkodilator bial perlu
-
Barikan pelembab udara
-
Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
-
Monitor respirasi dan status O2
Respiratory Monitoring
-
Monitor rata – rata, kedalaman, irama
dan usaha respirasi
-
Catat pergerakan dada,amati
kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan
intercostal
-
Monitor suara nafas, seperti dengkur
-
Monitor pola nafas : bradipena,
takipenia, kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot
-
Catat lokasi trakea
-
Monitor kelelahan otot diagfragma
(gerakan paradoksis)
-
Auskultasi suara nafas, catat area
penurunan / tidak adanya ventilasi dan suara tambahan
-
Tentukan kebutuhan suction dengan
mengauskultasi crakles dan ronkhi pada jalan napas utama
-
uskultasi suara paru setelah tindakan
untuk mengetahui hasilnya
4. Hipertermi
NOC : Thermoregulation
Kriteria Hasil :
-
Suhu tubuh dalam rentang normal
-
Nadi dan RR dalam rentang normal
-
Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada
pusing, merasa nyama
NIC :
Fever treatment
-
Monitor suhu sesering mungkin
-
Monitor IWL
-
Monitor warna dan suhu kulit
-
Monitor tekanan darah, nadi dan RR
-
Monitor penurunan tingkat kesadaran
-
Monitor WBC, Hb, dan Hct
-
Monitor intake dan output
-
Berikan anti piretik
-
Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab
demam
-
Selimuti pasien
-
Lakukan tapid sponge
-
Berikan cairan intravena
-
Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
-
Tingkatkan sirkulasi udara
-
Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya
menggigil
Temperature regulation
-
Monitor suhu minimal tiap 2 jam
-
Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu
-
Monitor TD, nadi, dan RR
-
Monitor warna dan suhu kulit
-
Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi
-
Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
-
Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
-
Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan
akibat panas
-
Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu
dan kemungkinan efek negatif dari kedinginan
-
Beritahukan tentang indikasi terjadinya keletihan
dan penanganan emergency yang diperlukan
5. Gangguan
mobilitas fisik
NOC :
-
Joint Movement : Active
-
Mobility Level
-
Self care : ADLs
-
Transfer performanc
Kriteria Hasil :
-
Klien meningkat dalam aktivitas fisik
-
Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas
-
Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan
kekuatan dan kemampuan berpindah
-
Memperagakan penggunaan alat Bantu untuk
mobilisasi (walker)
NIC :
Exercise therapy :
ambulation
-
Monitoring vital sign sebelm/sesudah latihan dan
lihat respon pasien saat latihan
-
Konsultasikan dengan terapi fisik tentang
rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan
-
Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat
berjalan dan cegah terhadap cedera
-
Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain
tentang teknik ambulasi
-
Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
-
Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs
secara mandiri sesuai kemampuan
-
Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan
bantu penuhi kebutuhan ADLs ps.
-
Berikan alat Bantu jika klien memerlukan.
-
Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan
berikan bantuan jika diperlukan
6. Perfusi
perifer tidak efektif
NOC :
-
Circulation status
-
Tissue perfussion : cerebral
Kriteria hasil :
-
Tekanan darah dalam batas normal
-
Tidak ada ortostatik hipertensi
-
Tidak ada tanda penignkatan tekanan intrakranial
(tidak lebih dari 15 mmHg)
NIC :
-
Monitor adanya daerah teretntu yang hanya peka
terhadap panas/dingin/tajam/tumpul
-
Monitor adanya parastese
-
Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit
jika ada isi atau laserasi
-
Gunakan sarung tangan untuk proteksi diri
-
Monitor adanya tromboplebitis
-
Diskusikan mengenai penyebab perubahan sensasi
DAFTAR PUSTAKA
Doenges,
E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
Nurarrif,
Amin Huda. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
berdasarkan Diagnosis Medis dan NANDA
NIC NOC Jilid 1. Yogyakarta: MediAction.
Smeltzer, Suzanne. 2000. Buku
Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol 1. Jakarta: EGC
Suriadi, Yuliani. 2001. Asuhan
Keperawatan Pada Anak. Jakarta: CV Sagung Seto
Zul Dahlan. 2000. Ilmu Penyakit
Dalam. Edisi II. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar