BAB I
PENDAHULUAN
a.
Latar
Belakang
Selain jantung, ginjal adalah salah satu organ tubuh
yang paling giat bekerja. Setiap harinya, ginjal menyaring sekitar 50 galon
darah, 5 galon di antaranya adalah kotoran yang dikeluarkan dari tubuh melalui
urin. Ketika ginjal berfungsi dengan normal,
bagian tubuh lainnya akan terus mendapatkan darah “bersih” yang kaya oksigen.
Namun, ketika mengalami peradangan, ginjal tidak akan dapat menyaring darah
dengan baik. Apabila tidak diobati, ginjal dapat masuk ke masa kritis dan
berhenti bekerja.
Untuk mencegah terjadinya hal tersebut, pasien harus
menjalani cuci darah (dialisis), suatu tindakan yang menggunakan alat untuk
menggantikan fungsi ginjal. Namun, pasien tidak akan dapat bertahan hanya
dengan dialisis. Nantinya, ginjal harus diganti dengan ginjal yang sehat
melalui transplantasi ginjal.
Sistem perkemihan
merupakan sistem pengeluaran zat-zat metabolisme tubuh yang tidak berguna lagi
bagi tubuh yang harus dikeluarkan (dieliminasi) dari dalam tubuh karena dapat
menjadi racun. proses eliminasi ini dapat dibagi menjadi eliminasi urine (buang
air kecil) dan eliminasi alvi (buang air besar).
Ginjal, Uretra, kandung kemih adalah organ-organ
yang menyusun saluran kemih.
Fungsi utama dari saluran ini adalah untuk membuang air dan sisa metabolisme
dan mengeluarkannnya sebagai urin.
Proses ini berlangsung terus. Hanya pada kasus luka,
infeksi atau penyakit pada organ dari saluran
kemih, fungsinya menjadi terganggu dan karenanya menganggu biokimia dari
aliran bawah. Ginjal adalah organ vital penyangga kehidupan.
b. Rumusan
Masalah
-
Bagaimana
anatomi fisiologi sistem perkemihan ?
-
Apa pengertian penyakit Nefritis Interstisial ?
-
Bagaimana
klasifikasi penyakit Nefritis Interstisial ?
-
Apa
etiologi dari penyakit Nefritis Interstisial ?
-
Apa
tanda dan gejala penyakit Nefritis Interstisial ?
-
Bagaimana
patofisiologi penyakit Nefritis Interstisial
?
-
Apa
saja pemeriksaan penunjang penyakit Nefritis Interstisial?
-
Bagaimana
penatalaksanaan penyakit Nefritis Interstisial ?
-
Bagaimana
asuhan keperawatan penyakit Nefritis Interstisial ?
c. Tujuan
-
Mengetahui
anatomi fisiologi sistem perkemihan
-
Mengetahui
pengertian penyakit Nefritis Interstisial
-
Mengetahui
klasifikasi penyakit Nefritis Interstisial
-
Mengetahui
etiologi dari penyakit Nefritis Interstisial
-
Mengetahui
tanda dan gejala penyakit Nefritis Interstisial
-
Mengetahui
patofisiologi penyakit Nefritis Interstisial
-
Mengetahui
pemeriksaan penunjang penyakit Nefritis Interstisial
-
Mengetahui
penatalaksanaan penyakit Nefritis Interstisial
-
Mengetahui
asuhan keperawatan penyakit Nefritis Interstisial
BAB II
PEMBAHASAN
a.
Anatomi
Fisiologi
Sistema
urinari terdiri dari :
-
Ginjal,
yang
mengeluarkan sekret urine
-
Ureter,
yang menyalurkan urine dari ginjal ke kandung kemih.
-
Kandung
kemih, yang bekerja sebagai penampung, dan
-
Uretra,
yang mengeluarkan urine dari kandung kemih.
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen,
terutama didaerah lumbal, disebelah kanan dan kiri tulang belakang dibungkus
lapisan lemak yang tebal, dibelakang peritoneum, dan karena itu diluar rongga
peritoneum.
Kedudukan ginjal dapat diperkirakan dari belakang,
mulai dari ketinggian vertebra toracalis terakhir sampai vertebra lumbalis ke
tiga. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari kiri, karena hati menduduki ruang
banyak disebelah kanan.
Setiap ginjal panjangnya 6-7 ½ cm, dan tebal 1 ½ - 2
½ cm. Pada orang dewasa beratnya kira- kira 140 gr.
Bentuk ginjal seperti biji kacang dan sisi dalamnya
atau hilum menghadap ke tulang punggung. Sisi luarnya cembung.
Pembuluh-pembuluh ginjal semuanya masuk dan keluar pada hilum. Di atas setiap
ginjal menjulang sebuah kelenjar suprarenal. Ginjal kanan lebih pendek dan
lebih tebal dari yang kiri.
Struktur ginjal.
Setiap ginjal dilingkpi kapsul tipis dari jaringan fibrus yang rapat
membungkusnya, dan membentuk pembungkus yang halus. Di dalamnya terdapat
struktur-strukur ginjal. Warnanya ungu tua dan terdiri atas bagian korteks di
sebelah luar, dan bagian medula disebelah dalam. Bagian medula ini tresusun
atas lima belas sampai enam belas massa berbentuk piramid, yang disebut piramis
ginjal. Puncak-puncaknya langsung mengarah ke hilum dan berakhir di kalises.
Kalises ini menghubungkannya dengan pelvis ginjal.
Nefron.
Struktur halus ginjal terdiri atas banyak nefron yang merupakan satuan-satuan
fungsional ginjal, diperkirakan ada 1juta nefron dalam setiap ginjal. Berikut
adalah penjelasan bagian-bagian didalam nefron :
-
Badan
Malpighi, terdiri atas glomerulus dan kapsula bowman. Fungsi
badan malpighi adalah sebagai tempat dimana terdapat alat penyaring darah.
-
Glomerulus.
Fungsi
glomerulus adalah sebagai tempat penyaringan darah yang akan menyaring air,
garam, asam amino, glukosa, dan urea. Menghasilkan urin primer.
-
Kapsula
Bowman. Adalah semacam kantong atau kapsul yang membungkus
glomerulus. Kapsula Bowman ditemukan oleh Sir William Bowman. Fungsi kapsula
bowman adalah untuk mengumpulkan cairan hasil penyaringan glomerulus.
-
Tubulus
Kontortus Proximal. Adalah tempat penyerapan kembali atau
reabsorpsi urin primer yang menyerap glukosa, garam, air, dan asam amino.
Fungsi Tubulus Kontortus Proximal adalah untuk menghasilkan urine sekunder
dengan kadar urea tinggi.
-
Lengkung
Henle. Adalah saluran berbentuk setengah lingkaran dan
menjadi penghubung antara tubulus kontortus proximal dengan tubulus kontortus
distal. Lengkung henle berfungsi supaya urin tidak kembali ke tubulus kontortus
proximal.
-
Tubulus
kontortus distal. Adalah tempat untuk melepaskan zat-zat
yang tidak berguna lagi atau berlebihan kedalam urin sekunder (Proses
Augmentasi). Fungsi tubulus kontortus distal adalah untuk menghasilkan urin
sesungguhnya.
-
Tubulus
kolektivus. Adalah tabung sempit panjang dalam
ginjal yang menampung urin dari nefron untuk disalurkan ke pelvis menuju
kandung kemih. Fungsi tubulus kolektivus adalah untuk mengumpulkan urin dari
beberapa tubulus kontortus proximal lalu dibawa ke pelvis.
b.
Pengertian
Nefritis yaitu kerusakan pada nefron (glomerulus)
karena infeksi bakteri. Penyakit ini menyebabkan ginjal tidak dapat bekerja
sesuai fungsinya. Interstisial nefritis adalah kelainan ginjal dimana ruang
antara tubulus ginjal mengalami pembengkakan. Apabila peradangan tidak mengenai
glomerulus, kemungkinan besar peradangan akan terjadi pada bagian di antara
nefron yang bernama instertitium renal, sehingga menyebabkan nefritis
interstisial, terkadang di kenal sebagai nefritis tubulointerstisial.
c.
Klasifikasi
Dilihat dari namanya tubulointerstitial nephritis
berarti adanya reaksi inflamasi pada tubulus dan interstitium, secara histologi
dan fungsionalnya terjadi perubahan pada tubulus dan interstitium. Pada jejas
tubulointerstitial kronik, biasanya di dahului oleh penyakit glomerulus yang
keduanya biasanya di sebabkan oleh penyakit vaskular, polikistik, metabolik,
dan lain-lain. Tubulointerstitial nephritis dapat bersifat akut dan kronik.
-
Acute Tubulointerstitial Nephritis
(ATIN) onset kliniknya cepat dan secara histologik terdapat edema interstitium
(penumpukkan cairan akibat permeabilitas dinding pembuluh darah meningkat),
terdapat infiltrasi leukosti (PMN) di interstitum dan tubulus, dan terdapat
nekrosis tubulus yang bersifat fokal.
-
Chronic Tubulointerstitial Nephritis
(CTIN) dimana terdapat infiltrasi mononuklear (limfosit, makrofag, dan sel
plasma), fibrosis interstitial (terjadi reaksi pemulihan fibrosis) dan atropi
tubula yang luas.
d.
Etiologi
Nefritis
interstisial dapat disebabkan oleh :
-
Infeksi, seperti :
·
Streptokokus
·
Sinanaga
·
Penyakit gondok
·
Hepatitis C
·
Sifilis
·
HIV
-
Mengambil obat-obatan (85% semua kasus)
:
·
Beberapa antibiotik (Misalnya gol.
Penicilin)
·
Obat anti ulkus
·
Obat nonstreroidal anti infalamatory
(NSAID)
·
Beberapa diuretik (Misalnya Rifampisin)
-
Penyakit yang mmpengaruhi sistem
kekebalan tubuh (misalnya lupus)
e.
Tanda
dan Gejala
Interstisial nefritis dapat menyebabkan penyakit
ginjal ringan sampai berat termasuk gagal ginjal akut. Dari sebagian kasus, orang akan yang memiliki
keluaran urin menurun dan tanda-tanda lain gagal ginjal akut.
Gejala-gejala dari kondisi ini antara lain : darah
dalam urin, demam, perubahan status mental (mengantuk, kebingungan, koma) mual,
muntah atau pembengkakan tubuh.
f.
Patofisiologi
Infiltrasi
dari PMN di interstisial maupun tubulus dan adanya sel mononuklear
Tubulointerstitial Nephritis (TIN) yang diakibatkan oleh toksin dan
obat-obatan. Pemicunya adalah reaksi imunologik interstisial yang menyebabkan
acute hipersensitivity nephritis yang dipicu oleh obat seperti sulfonamid,
amisilin, dan metisilin (Antibiotik gol. Penisilin ), obat diuretik, rifampisin, dan NSAID. Biasanya terjadi
setelah 15 hari (2-40 hari) setelah penggunaan obat. Pada penggunaan obat
jangka panjang perlu dicek keadaan ginjal. Oleh karena itu, anamnesis sangat
penting untuk mengetahui riwayat penggunaan obat untuk mengarahkan diagnosis.
Menyebabkan
ARF (gagal ginjal akut). Secara morfologi, terdapat edema interstitium,
infiltrasi mononuklear (limfosit dan makrofag). Akan tetapi, eosinofil dan
netrofil bisa saja muncul. Bisa terjadi reaksi granulomatosa interstitium
dengan pembentukan giant cell (biasa karena metisilin dan tiazid – obat
diuretik). Terjadi tubulitis yaitu infiltrasi limfosit di tubulus. Glomerulus
biasanya normal, kecuali pada beberapa
kasus yang disebabkan oleh NSAID. Acute Tubulointerstitial Nephritis (ATIN)
karena obat, biasanya tidak bergantung pada dosis tapi respon imun yang
idiosyncratic. Level IgE serum meningkat (disertai dengan adanya sel plasma dan
basofil, reaksi hipersensitivitas tipe 1). Infiltrat mononuklear dan
granulomatosa bersama dengan skin test yang positif pada obat hapten, termasuk
dalam reaksi hipersensitivitas tipe IV.
Nefropathy
analgesik. Penyakit ginjal kronik yang disebabkan oleh intake analgetik yang
berlebihan (Pusing dikit minum obat,dll), lebih sering pada wanita, dan secara
marfologi akan tampak adanya CTIN yang diawali dengan terjadinya papilary
necrosis. Patogenesis: - papilary necrosis (pertama): dipicu dengan penggunaan
dengan aspirin dan fenasetin, yang biasanya diiringi dengan kekurangan cairan.
Papilary necrotic diikuti dengan TNI, akibat penggunaan analgetik yang
mengandung fenasetin dan aspirin selama bertahun-tahun. Penampakan ginjalnya
bolong-bolong.
Aspirin
menghambat pembentukan prostaglandin (vasodilator) sehingga kalau terjadi
vasokontriksi berlarut-larut iskemi yang parah, kemudian nikrosis papila
ginjal. Fenasetin yang merupakan metabolit dari asetaminofen juga bersifat
nefrotoksik.
Selanjutnya
terjadi kerusakan ginjal, berupa cortical
Tubulointerstitial nephritis. Morfologinya adalah ginjal normal atau
sedikit mengecil. Korteksnya berubah, sel-sel tubulusnya hilang dan atrofi,
terjadi fibrosis interstitial, dan inflamasi. Perubahannya bisa berupa atropi
obstruktif yang disebabkan oleh kerusakan tubulus pada papila. Nefropati karena
NSAID dapat memicu ARF, Acute Hypersensitivity Interstitial nephritis, Acute
interstitial nephritis dan minimal change disease, serta membranous
glomerulonephritis, dengan nephrotic syndrome.
Pyelonefritis
merupakan kelainan ginjal yang mengenai tubulus, interstitium, dan kaliks/
pelvis renalis. Salah satu penyakit tersering pada ginjal. Akut disebaabkan
oleh infeksi bakteri terkait UTI/ISK (dari bawah, bukan hematogen). Kronik bisa
karena infeksi bakteri, vesicoureteral reflux (bisa terjadi karena gangguan
dinding kantung kemih sehingga urin bisa naik lagi), dan obstruksi (biasanya
karena batu, tumor, dll). Penyebab tersering adalah gram negatif (85%) : E.
Coli, Proteus, Klebsiella, Enterobacter, Streptococcus faecalis etc.
g.
Pemeriksaan
Penunjang
-
Tes Darah, diantaranya :
§ Kreatinin
§ Hitung
darah lengkap
§ Elektrolit
§ Fosfor
§ Asam
urat
§ Kalsium
-
Tes Urine
-
USG Ginjal
h.
Penatalaksanaan
Perawatan berfokus pada penyebab masalah.
Menghindari obat yang dapat menyebabkan nefritis interstitial mungkin dapat
meringankan gejala dengan cepat. Membatasi garam (natrium) dan cairan di dalam
diet dapat mengontrol pembengkakan dan tekanan darah tinggi. Juga membatasi
protein dapat membantu mengendalikan penumpukkan produk-produk limbah dalam
darah (azotemia) yang dapat menyebabkan gagal ginjal akut. Kortikosteroid atau
obat anti inflamasi dapat membantu dalam beberapa kasus.
i.
Asuhan
Keperawatan
-
Pengkajian
1. Kaji
riwayat penyakit jantung, malignansi, sepsis, atau penyakit yang diderita
sebelumnya.
2. Kaji
adanya paparan dengan obat yang berpotensi meracuni ginjal(antibiotik, non
steroidal anti inflamasi, zat kontras, dan benda cair lainnya)
3. Lakukan
pemeriksaan fisik secara terus menerus seperti turgor kulit, pucat, perubahan
irama jantung, dan edema.
4. Monitor
volume urin
-
Diagnosa Keperawatan
1. Kelebihan
cairan b/d gangguan mekanisme regulasi
2.
Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan untuk mengabsorbsi
nutrien
3. Hipertermia b/d proses infeksi penyakit
-
Intervensi
Keperawatan
No
|
Diagnosa
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Kelebihan volume cairan b/d
gangguan mekanisme regulasi.
Tujuan :
Perubahan kelebihan cairan tidak terjadi
KH :
- Menunjukkan
haluaran urin tepat
- BJ
urin normal
- Berat
badan stabil
- TTV
Normal
- Edema
tidak ada
|
1. Catat
pemasukan dan pengeluran akurat .
Awasi BJ urin.
2. Timbang
berat badan tiap hari dengan alat yang sama. Awasi nadi, TD.
3. Kaji
kulit, wajah, area edema. Evaluasi derajat edema
4. Kolaborasi
:
-
Awasi pemeriksaan Lab : BUN, Kreatinin, Na, K,
Hb/Ht, Fotothorax
-
Batasi cairan sesuai indikasi
-
Pemberian obat sesuai dengan
indikasi : Diuretik, antihipertensi.
|
1.Menentukan
fungsi ginjal dan keb. Penggantian cairan
2.Kekurangan
cairan menurunkan tekanan darah, dan mengurangi vol nadi.
3.Pengawasan
status cairan tubuh
4.Mengkaji
berlanjutnya disfungsi gagal.
Manajemen cairan diukur utk
mengggantikan pengeluaran dr semua sumber di tambah prakiraan kehilangan.
Utk melebarkan lumen tubuler dari
debris, meningkatkan volume urin adekuat, anti hipertensi utk mengatasi
hipertensi shg menurunkan aliran darah ginjal.
|
2.
|
Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan untuk mengabsorbsi
nutrien
Tujuan :
kebutuhan nutrisi terpenuhi
KH :
-
tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
-
mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi.
|
1.
kaji intake klien
2.
berikan makanan sedikit tapi sering
3.
timbang BB setiap hari
4.
Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian makanan tinggi kalori, rendah
protein dan rendah garam
|
1.
Sebagai informasi
dasar untuk perencanaan awal dan validasi data
2. meminimalkan anoreksia dan mual
3.
deteksi dini perpindahan keseimbangan cairan
4.
membantu dalam menentukan kalori individu dan kebutuhan nutrisi
|
3.
|
Hipertermia
b/d proses infeksi penyakit
Tujuan : suhu
tubuh klien kembali normal
KH :
- suhu tubuh dalam rentang
normal(36,5°C-37,5°C)
- nadi dan RR dalam rentang normal
-
tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing.
|
1.
Observasi tanda –
tanda vital (suhu,tensi, nadi, pernafasan, dan perubahan warna kulit).
2. Anjurkan pasien untuk minum banyak
1,5 – 2 liter dalam 24 jam.
3.
Berikan kompres pada
lipatan axila dan paha.
4.
kolaborasi dalam pemberian antipiretik sesuai indikasi
|
1.
Tanda – tanda vital
merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
2.
Peningkatan suhu tubuh
mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan
asupan yang banyak.
3.
menurunkan panas lewat
konduksi
4.
menurunkan panas pada
pusat hipotalamus
|
DAFTAR PUSTAKA
Pearce, Evelyn C. 2008. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta:
PT Gramedia
Nurarif, Amin Huda &
Kusuma, Hardhi.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA-NIC-NOC.Mediaction:Jogjakarta