58 APN (ASUHAN
PERSALINAN NORMAL)
Pengertian Asuhan Persalinan Normal adalah
asuhan kebidanan pada persalinan normal yang mengacu kepada asuhan yang bersih
dan aman selama persalinan dan setelah bayi lahir serta upaya pencegahan
komplikasi (Depkes, 2004).
Persalinan dan kelahiran normal
adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42
minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam
18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Saifuddin, 2000).
Tujuan Asuhan
Persalinan Normal
Tujuan asuhan persalinan normal
adalah menjaga kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi
bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya terintegrasi dan lengkap tetapi
dengan intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas
pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang diinginkan (optimal).
Setiap intervensi yang akan
diaplikasikan dalam asuhan persalinan normal harus mempunyai alasan dan bukti
ilmiah yang kuat tentang manfaat intervensi tersebut bagi kemajuan dan
keberhasilan proses persalinan.
Keterampilan yang diajarkan dalam
pelatihan asuhan persalinan normal harus diterapkan sesuai dengan standar
asuhan bagi semua ibu bersalin di setiap tahapan persalinan oleh setiap
penolong persalinan dimana pun hal tersebut terjadi. Persalinan dan kelahiran
bayi dapat terjadi di rumah, puskesmas ataupun rumah sakit. Penolong persalinan
mungkin saja seorang bidan, perawat, dokter umum atau spesialis obstetri. Jenis
asuhan yang akan diberikan dapat disesuaikan dengan kondisi dan tempat
persalinan sepanjang dapat memenuhi kebutuhan spesifik ibu dan bayi baru lahir
(APN, 2007).
Mengenali
Gejala dan Tanda Kala II
1.
Mengenali dan
Melihat adanya tanda persalinan kala II Yang dilakukan adalah: tingkat
kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda :
a. Ibu mempunyai keinginan untuk meneran
b. Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada
rektum dan vaginanya.
c. Perineum menonjol .
d. Vulva vagina dan sfingter ani membuka.
2.
Memastikan
perlengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong
persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk
resusitasi → tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat, 3 handuk atau kain
bersih dan kering, alat penghisap lendir, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60
cm diatas tubuh bayi.
a. Menggelar kain diatas perut ibu. Dan tempat resusitasi
serta ganjal bahu bayi.
b. Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril
sekali pakai di dalam partus set.
3.
Pakai celemek
plastik yang bersih.
4.
Melepaskan dan
menyimpan semua periasan yang dipakai, mencuci kedua tangan dengan sabun dan
air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk pribadi
yang kering dan bersih
5.
Memakai sarung
tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk pemeriksaan dalam.
6.
Masukan
oksitosin 10 unit kedalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai sarung
tangan disinfeksi tinggkat tinggi atau steril.
Memastikan
Pembukaan Lengkap Dan keadaan Janin Bayi.
7.
Membersihkan vulva
dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan kebelakang dengan
menggunakan kapas atau kasa yang sudah di basahi air disinfeksi tingkat tinggi.
a. Jika Introitus vagina, perineum, atau anus
terkontaminasi tinja, bersihkan dengan kasa dari arah depan ke belakang.
b. Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam
wadah yang tersedia.
c. Ganti sarung tangan jika terkontaminasi
(dekontaminasi, lepaskan dan rendam dalam larutan klorin 0,5 % → langkah 9.
8.
Lakukan Periksa
dalam untuk memastikan pembukaan lengkap
Bila selaput ketuban belum pecah
dan pembukaan sudah lengkap maka lakukan amniotomi.
9.
Dekontaminasi
sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan
kotor ke dalam larutan korin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan
terbalik serta merendamnya selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung
tangan dilepaskan.
10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi
berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal.
Menyiapkan
Ibu Dan Keluarga Untuk Membantu proses pimpinan meneran.
11. Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan
janin baik, membantu ibu dalam posisi yang nyaman sesuai keinginannya.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu
untuk meneran.
(pada saat adanya his, bantu ibu
dalam posisi setengah duduk dan pastikan dia merasa nyaman )
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan
yang kuat untuk meneran.
14. Ajarkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil
posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60
menit.
Persiapan
Pertolongan Kelahiran Bayi
15. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter
5-6 cm meletakan handuk bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
16. Meletakan kain yang bersih di lipat 1/3 bagian di
bawah bokong ibu.
17. Membuka tutup partus set dan perhatikan kembali
kelengkapan alat dan bahan.
18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
Persiapan
Pertolongan Kelahiran Bayi.
Lahirnya
kepala.
19. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakan tangan
yang lain di kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya
kepala, menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan saat kepala lahir.
20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan
yang sesuai jika terjadi lilitan tali pusat.
a. Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan
lewat bagian atas kepala bayi.
b. Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali
pusat didua tempat dan potong diantara kedua klem tersebut.
21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran peksi luar
secara spontan.
Lahirnya
Bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tepatkan
ke dua tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran
saat kontraksi berikutnya, dengan lembut menariknya kearah bawah dan kearah
luar sehingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis dan kemudian dengan
lembut menarik ke arah atas dan kearah luar untuk melahirkan bahu posterior.
Lahirnya badan dan tungkai
23. Setelah kedua bahu di lahirkan, menelusurkan tangan
mulai kepala bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum, membiarkan bahu
dan lengan posterior lahir ketangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan
tangan bayi saat melewati perineum, gunakan tangan bagian bawah saat menyangga
tubuh bayi saat dilahirkan.Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk
mengendalikan siku dan tangan anterior saat bayi keduanya lahir.
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, menelusurkan tangan
yang ada di atas ( anterior ) dari punggung kearah kaki bayi untuk menyangga
saat punggung dan kaki lahir memegang kedua mata kaki bayi dan dengan hati –
hati membantu kelahiran kaki.
Penanganan
Bayi Baru Lahir.
25. Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakan bayi
diatas perut ibu di posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila
tali pusat terlalu pendek, meletakan bayi di tempat yang memungkinkan).
26. Segera mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan
bagian tubuh lainnya kecuali tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk
basah dengan handuk/kain yang kering. Biarkan bayi diatas perut ibu.
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi
bayi dalam uterus (hamil tunggal).
28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar
uterus berkontraksi baik..
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntukan
oksitosin 10 unit IM (Intara muskuler) 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan
aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat
dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Melakukan urutan pada tali
pusat mulai dari klem dari arah bayi dan memasang klem ke dua 2 cm dari
klem pertama ke arah ibu.
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
a. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah
dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan penguntungan tali pusat diantara dua
klem tersebut.
b. Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada
satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan
simpul kunci pada sisi lainnya.
c. Lepaskan klem dan masukan dalam wadah yang telah
disediakan.
32. Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi.
Letakkan bayi tengkurap didada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga
bayi menempel di dada/perut ibu. Usahan kepala bayi berada diantara payudara
ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu.
33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang
topi dikepala bayi.
Penatalaksanaan
Aktif Persalinan Kala III.
Oksitosin
34. Memindahkan klem pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari
vulva.
35. Meletakan satu tangan diatas kain yang ada di perut
ibu, tepat diatas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan
palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus, memegang tali pusat dan klem dengan
tangan yang lain.
36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke
arah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang – atas (
dorso – kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika
plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan
tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur diatas.
· Jika
uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga untuk melakukan
stimulasi puting susu.
Mengeluarkan
Plasenta
37. Lakukan penegangnan dan dorongan dorso-kranial hingga
plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan
arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir,
(tetap lakukan tekanan dorso-kranial)
a. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem
hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta.
b. Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan
tali pusat:
·
Beri dosis ulangan
oksitosin 10 unit IM
·
Lakukan
kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh.
·
Minta keluarga
untuk menyiapkan rujukan.
·
Ulangi penegangna
tali pusat 15 menit berikutnya.
·
Jika plasenta tidak
lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau bila terjadi perdarahan, segera
lakukan plasenta manual.
38. Saat plasenta terlihat di introitus vagina, lahirkan
plasenta dengan menggunakan ke dua tangan, pegang dan putar plasenta hingga
selaput ketuban terpilih kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah
yang telah disediakan.
·
Jika selaput ketuban robek, pakia sarung tangan DTT
atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari
tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang
tertinggal.
·
Rangsangan Taktil (Masase) Uterus.
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir,
melakukan Masase uterus, meletakan telapak tangan di fundus dan melakukan
masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (
Fundus menjadi keras).
· Lakukan
tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik
masase.
Menilai
Perdarahan
40. Memeriksa kedua sisi placenta baik bagian ibu maupun
bayi dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukan plesenta kedalam
kantung plastik atau tempat khusus.
41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum
dan segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
Bila ada robekan yang menimbulkan
perdarahan aktif segera lakukan penjahitan.
Melakukan
Prosedur paska persalinan
42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam.
43. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di
dada ibu paling sedikit 1 jam.
a. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi
menyusu dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar
10-15 menit bayi cukup menyusu dari satu payudara.
b. Biarkan bayi berada didada ibu selama 1 jam walaupun
bayi sudah berhasil menyusu.
44. Setelah 1 jam, lakukan pemeriksaan fisik bayi baru
lahir, beri antibiotika salep mata pencegahan, dan vit K 1 mg IM di paha kiri
anterolateral.
45. Setelah 1 jam pemberian vit K berikan suntikan
imunisasi hepatitis B di paha kanan anterolateral. Letakan bayi didalam
jangkawan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan. Letakan kembali bayi pada dada
ibu bila bayi belum berhasil menyusu 1 jam pertama dan biarkan sampai bayi
berhasil menyusu.
Evaluasi
46. Lakukan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan
pervaginam.
a.
2-3 kali dalam 15
menit pertama pasca persalinan
b.
Setiap 15 menit pada 1 jam pertama paska
persalinan.
c.
Setiap 20-30 menit
pada jam kedua paska persalinan
d.
Jika uterus tidak
berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai untuk menatalaksanaan
atonia uteri.
47. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan
menilai kontraksi.
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
49. Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap
15 menit selama 1 jam pertama paska persalinan dan setiap 30 menit selama jam
kedua paska persalinan.
a.
Memeriksa
temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama paska persalinan
b.
Melakukan tindakan
yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
50. Periksa kembali bayi dan pantau setiap 15 menit untuk
pastikan bahwa bayi bernapas dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh
normal (36,5-37,5 0C).
a. Jika bayi sulit bernapas, merintih atau retraksi,
diresusitasi dan segera merujuk kerumah sakit.
b. Jika bayi napas terlalu cepat, segera dirujuk.
c. Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat.
Kembalikan bayi kulit kekulit dengan ibunya dan selimuti ibu dan bayi dengan
satu selimut.
Kebersihan
Dan keamanan
51. Tempatkan semua peralatan dalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi ( 10 menit ), mencuci dan membilas peralatan setelah
didekontaminasi.
52. Buang bahan – bahan yang terkontaminasi ke dalam
tempat sampah yang sesuai.
53. Bersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi
tingkat tinggi. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu
untuk memakai pakaian yang bersih dan kering.
54. Pastikan bahwa ibu nyaman, membantu ibu memberikan
ASI, menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang
diinginkan.
55. Dekontaminasi tempat bersalin dengan klorin 0,5% .
56. Mencelupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin
0,5% membalikan bagian sarung tangan dalam ke luar dan merendamnya dalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
57. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air yang
mengalir.
Pendokumentasian
58. Lengkapi patograf (Halaman depan dan belakang, periksa
tanda vital dan asuhan kala IV). ( APN 2008)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar